Turki: Pengiriman Gandum dari Pelabuhan Ukraina Dimulai

Kapal pertama pengangkut gandum dari pelabuhan Ukraina siap berlayar

Reuters/VOA
Pertanian Gandum di Ukraina. Turki mengatakan, kapal pertama pengangkut gandum dari pelabuhan Ukraina dijadwalkan berlayar pada Senin (1/8/2022).
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki mengatakan, kapal pertama pengangkut gandum dari pelabuhan Ukraina dijadwalkan berlayar pada Senin (1/8/2022). Ukraina dan Rusia diketahui telah menandatangani kesepakatan koridor pengiriman gandum pada 22 Juli lalu.

“Kalau semua (detail) sudah selesai, sepertinya kemungkinan besar kapal pertama akan berangkat Senin (1/8/2022). Kita lihat kapal-kapal keluar dari pelabuhan paling lambat keesokan harinya,” kata juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, Ahad (31/7/2022).

Dilaporkan laman TRT World, Menteri Pertahanan (Menhan) Turki telah membahas teknis pengiriman gandum dari pelabuhan Ukraina dengan Menhan Ukraina Oleksiy Reznikov dan Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov. Hal itu diungkap Kementerian Pertahanan Nasional Turki dalam sebuah pernyataan pada Ahad.

Menurut keterangan tersebut, pekerjaan teknis terkait pengiriman gandum pertama dari pelabuhan Ukraina telah selesai. Pengiriman akan dilakukan setelah persiapan administrasi selesai. Pada 22 Juli lalu, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan koridor gandum di Istanbul. Perjanjian itu diteken di bawah pengawasan PBB dan Turki.

Turki memang telah memainkan peran aktif dalam pembentukan koridor ekspor gandum dari Ukraina. Ankara mengatakan, mereka siap mengawasi inspeksi kapal-kapal pengangkut. Hal itu untuk mengatasi kekhawatiran Rusia bahwa kapal-kapal itu akan digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Ukraina.

Konflik Rusia-Ukraina diketahui telah menyebabkan rantai pasokan gandum global tersumbat. Kedua negara itu merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, suplai gandum dari kedua negara tersebut terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena pelabuhan-pelabuhannya direbut dan dikuasai Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat.


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler