Pelayan Masjid Nabawi: Meski Jauh dari Keluarga, Bisa ke Raudhah Setiap Hari
IHRAM.CO.ID, Di sebuah gedung cokelat tepat di depan pintu 309 Masjid Nabawi, Hasan Tata Abbas sedang menyiapkan kebutuhan Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Qasim.
Pria asal Banten itu kerap membantu kebutuhan salah seorang imam masjid warisan Rasulullah di Madinah tersebut dari menyiapkan ruangan hingga sandal. Tak hanya itu, Hasan kerap menemani Syekh Abdul Muhsin menjamu para tamunya. Hasan juga sigap menyiapkan teh bagi mereka.
Sebagai pelayan, Hasan bekerja dari Subuh hingga Isya. Hasanlah yang membukakan pintu ruangan imam hingga sang imam kembali pulang. Menurut Hasan, setiap imam memiliki seorang pelayan yang diperbantukan. Dia menjelaskan, ada tujuh orang imam yang ada di Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Hasan menjelaskan, mereka bertugas untuk memimpin sholat fardhu dan memberikan khotbah. Pemimpin mereka adalah Syekh Abdurrahman As-Sudaisy.Setiap imam merupakan seorang syekh yang sudah lulus program doktoral untuk pendidikan agama. Status mereka ditetapkan oleh kerajaan.
Selain memiliki umal pribadi, Hasan menjelaskan, setiap imam memiliki pengamanan yang terbilang ketat. Hasan mengungkapkan, ada pasukan khusus berbaret merah yang bertugas mengawal sang imam baik di kediamannya maupun di Masjid Nabawi. “Ada asykari berbaret merah yang mengawal syekh,”ujar Hasan saat berbincang dengan Republika beberapa waktu lalu.
Hasan melamar sebagai umal di Arab Saudi lewat Kafil (Sponsor) Bin Laden Group karena alasan ekonomi pada 2001. Saat itu, Hasan menjalani seleksi dan wawancara untuk ditempatkan di Masjid Nabawi. Hasan yang punya latar belakang salah satu pesantren salafiyah di Banten itu pun bisa lolos seleksi. Adanya permintaan tenaga pelayan dari salah satu imam memantik minat Hasan untuk ikut serta menjalani seleksi lanjutan. “Ada permintaaan dari syekh minta umal. Saya ikut interview Alhamdulillah bisa bekerja disini sampai sekarang,”jelas dia.
Meski berstatus sebagai pelayan, Hasan mengaku bangga dengan tugasnya. Hasan bisa menjalankan ibadah sholat di Masjid Nabawi setiap waktu. Berdasarkan sejumlah hadits, orang yang melaksanakan sholat di Masjid Nabawi, ujar Hasan, diganjar pahala seribu kali ketimbang sholat di tempat biasa.
Ayah tiga anak ini pun bisa bekerja dekat dengan makam Rasulullah SAW dan para sahabat. Keistimewaan lainnya, Hasan bisa masuk ke Raudhah dan sholat di taman surga itu selama menunjukkan kartu identitasnya. Setiap musim haji, Hasan juga bisa ikut beribadah haji lewat jalur khusus. Saat Masjid Nabawi harus ditutup akibat Covid-19, Hasan justru menjadi bagian dari pekerja masjid yang boleh beribadah disana. Tak hanya itu, anak Hasan akan mendapatkan rekomendasi dari Syekh Abdul Muhsin untuk kuliah di Universitas Madinah.
Diantara semua keistimewaan tersebut, Hasan menjelaskan, ada satu yang membuat dia enggan untuk berhenti bekerja di masjid dan pulang ke Tanah Air. “Saya dijanjikan syekh untuk dimakamkan di Baqi. Saya akan tetap berada dekat dengan Rasulullah,”ujar Hasan dengan mata berkaca.
Hanya saja, bekerja jauh dari keluarga juga membuat Hasan merasakan kerinduan akan kampung halaman. Dia mengaku ingin merasakan kembali semaraknya budaya merayakan Idul Fitri di Tanah Air. Rasa rindu tersebut sempat terobati pada 2020 lalu. Ketika itu, Hasan pulang ke Banten untuk menjenguk keluarganya.
Pandemi yang melanda hampir seluruh belahan dunia berdampak pada ditutupnya penerbangan di banyak negara. Salah satunya yakni Arab Saudi. Hasan pun harus menunggu bersama keluarganya selama masih ada pandemi. “Untungnya saya masih tetap menerima gaji dan mendapat tunjangan Covid-19 dari Pemerintah Saudi. Jadi masih bisa makanlah,”jelas dia.
Pada Maret 2021, Pemerintah Arab Saudi hendak memulangkan warganya yang sempat terjebak di Jakarta. Nama Hasan tertera dalam daftar warga yang bisa berangkat ke Arab Saudi. Meski berat karena meninggalkan istri yang masih mengandung, Hasan berangkat demi memenuhi panggilan tugas di Masjid Nabawi. “Anak saya belum bertemu bapaknya sampai sekarang,”ujar dia.