Mikroplastik di Muara Sungai Menuju Teluk Jakarta Alami Peningkatan Semasa Pandemi

Peningkatan mikroplastik muara sungai menuju Teluk Jakarta hingga 10 kali lipat.

Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi. Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, mikroplastik yang terindikasi dari sampah alat pelindung diri (APD) seperti masker medis dari muara sungai menuju Teluk Jakarta mengalami peningkatan yang signifikan semasa pandemi Covid-19.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil riset yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan, mikroplastik yang terindikasi dari sampah alat pelindung diri (APD) seperti masker medis dari muara sungai menuju Teluk Jakarta mengalami peningkatan yang signifikan semasa pandemi Covid-19. Peningkatan itu terjadi hingga 10 kali lipat dari masa sebelumnya.

Baca Juga


"Secara proporsi terdapat peningkatan mikroplastik bentuk benang yang terindikasi memiliki bentuk asal dan jenis komposisi kimia yang sama dengan masker medis, dari sebelumnya hanya sekitar tiga persen sesaat setelah ditemukannya kasus Covid-19 pertama di Indonesia, hingga akhirnya proporsi mikroplastik tersebut meningkat 10 kali lipat pada Desember 2020," ujar Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, M Reza Cordova, dalam keterangan pers, Jumat (5/8/2022).

Reza merupakan orang yang mengoordinasikan riset kolaborasi antara peneliti BRIN dengan Universitas Terbuka, Universitas Sumatera Utara, IPB University dan University of Portsmouth itu. Hasil riset itu menyimpulkan, mikroplastik yang terindikasi dari sampah APD dari muara sungai menuju Teluk Jakarta semasa pandemi Covid-19 mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada saat curah hujan tinggi.

Riset monitoring mikroplastik di muara sungai itu mencatat kelimpahannya yang lebih tinggi di wilayah pesisir Timur Teluk Jakarta dibandingkan pesisir bagian Barat. Dari sembilan muara sungai yang diteliti di kawasan Jabodetabek, mikroplastik ditemukan pada semua muara sungai yang diteliti.

“Kelimpahan mikroplastik yang ditemukan ada pada kisaran 4,29 hingga 23,49 partikel mikroplastik per 1.000 liter air sungai dengan rata-rata 9.02 partikel per 1.000 liter air sungai yang bergerak menuju perairan Teluk Jakarta,” ujar Reza.

Menurut Reza, penambahan mikroplastik paling tinggi ditemukan pada musim hujan, yakni rata-rata 9.02 partikel per 1.000 liter air sungai, sedangkan paling rendah ditemukan pada musim kemarau yakni 8.01 partikel per 1.000 liter air sungai. Reza dan tim berharap, peningkatan konsentrasi mikroplastik di lingkungan mendorong perbaikan pengelolaan sampah sekali pakai.

“Implementasi dari aturan yang ketat, pemberian sosialisasi dan pemahaman publik, diperlukan untuk mempromosikan metode pembuangan yang benar dan perubahan sistemik dalam pengelolaan sampah plastik, khususnya plastik sekali pakai,” kata Reza.

Dia menambahkan, mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, hasil riset ini bertujuan mengajak masyarakat turut berperan dalam menjaga kesehatan lingkungan, terutama terkait pembuangan sampah APD, dalam hal ini sampah masker yang biasa dipakai sehari hari oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan plastik semasa pandemi Covid-19 memang menghadirkan tantangan baru bagi komitmen Indonesia dalam mengurangi sampah plastik laut. 

Keberadaan limbah APD di lingkungan sungai dan pesisir menjadi topik hangat di sosial media sejak 2020, tetapi kajian komparatif terkait mikroplastik yang berasal dari sampah medis sebelum dan semasa pandemi sangat minim. Untuk itu, BRIN melalui Pusat Riset Oseanografi merilis hasil monitoring sampah plastik ukuran mikroskopik atau mikroplastik semasa pandemi dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul “Seasonal heterogeneity and a link to precipitation in the release of microplastic during COVID-19 outbreak from the Greater Jakarta area to Jakarta Bay, Indonesia”. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler