Sidebar

Meski Sering Dapat Ancaman, Salman Rushdie tak Pernah Minta Keamanan Lebih

Saturday, 13 Aug 2022 11:38 WIB
Salman Rusdhie

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Direktur Program Sastra di organisasi penulis, PEN America, Clarisse Rosaz Sharyf menceritakan bahwa selama empat tahun bekerja sama dengan Salman Rushdie dalam mengadakan acara, Rushdie tidak pernah meminta detail keamanan. Meskipun Rushdie kerap mendapatkan ancaman pembunuhan sejak novel kontroversialnya terbit.

Baca Juga


"Saya tidak tahu bahwa dia pernah meminta kami untuk memberikan keamanan tambahan, dan saya juga tidak tahu bahwa dia pernah membawa detail keamanan bersamanya," katanya.

Presiden Chautauqua Institution, Micheal Hill mengatakan, bahwa keamanan adalah prioritas utama bagi komunitas penulis yang menyatukan ribuan orang selama sembilan pekan program musim panasnya. "Untuk acara Rushdie, Chautauqua telah meminta dan menerima bantuan keamanan dari Kepolisian Negara Bagian New York dan departemen sheriff Kabupaten Chautauqua," kata Hill.

Dia mengatakan serangan terhadap Rushdie belum pernah terjadi sebelumnya di institut tersebut yang didirikan pada 1874 itu. Institusi ini didedikasikan untuk mendorong dialog sipil tentang isu-isu agama, sosial dan politik. "Chautauqua selalu menjadi tempat yang sangat aman," katanya.

Gubernur New York Kathy Hochul mengatakan kepada wartawan bahwa Chautauqua adalah komunitas yang tenang. Menurutnya di sana para pembicara, pemimpin pemikiran, politisi, hakim, dan lainnya berkumpul untuk memiliki kebebasan berekspresi.

Penulis Aljazair dan aktivis hak asasi manusia Anouar Rahmani, yang dijadwalkan untuk berbicara setelah Rushdie pada Jumat (12/8/2022), mengatakan dia hanya perlu menunjukkan kartu masuknya untuk masuk ke acara tersebut dan tidak melihat pemeriksaan keamanan tambahan.

"Saya pikir kita seharusnya memiliki lebih banyak perlindungan di sekelilingnya," kata Rahmani, yang menghadapi ancamannya sendiri setelah dia secara terbuka menuntut agar pernikahan sesama jenis dilegalkan di Aljazair.

Institusi Chautauqua adalah surga di barat negara bagian tempat para penulis dan seniman berkumpul setiap musim panas. Acara di sana bukanlah jenis tempat di mana orang mengkhawatirkan keselamatan mereka. Anggota penonton mengatakan tidak ada pemeriksaan tas, detektor logam atau keamanan lainnya untuk memasuki acara di komunitas yang terjaga keamanannya.

Namun sebelum pukul 11.00 pada Jumat (12/8/2022), saat Rushdie bersiap memimpin diskusi tentang kebebasan artistik, ratusan orang  yang hadir terkejut menyaksikan seorang pria 24 tahun lari ke panggung dan menikam Rushdie di leher dan dada.

Rushdie merupakan seorang kritikus agama yang membangkang. Ia juga kerap mengkritik para pemimpin yang menggunakan agama untuk keuntungan politik.

Ia memang sering kali bergejolak dengan keamanan, meskipun mengetahui bahwa dia berisiko diserang oleh fundamentalis dan pendukung penuh semangat para politisi tersebut. Rushdie menghabiskan bertahun-tahun bersembunyi setelah Ayatollah Ruhollah Khomeini Iran pada 1989 mengeluarkan fatwa, atau perintah agama yang menyerukan umat Islam untuk membunuh Rushdie setelah penerbitan novelnya, The Satanic Verses. Novel itu menurut beberapa Muslim berisi bagian-bagian penghujatan.

Dalam sebuah memoar tentang masanya bersembunyi, Rushdie mengungkapkan ketidaknyamanannya pada tingkat keamanan yang tinggi di bandara AS di New Jersey dan Denver ketika dia tiba untuk menjadi pembicara. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, dia hidup lebih bebas dan bersikeras bahwa dia tidak boleh terus-menerus diawasi dan dilindungi oleh penjaga keamanan hingga insiden penikaman terjadi hari ini.

 

Berita terkait

Berita Lainnya