Solusi Bangun Indonesia Bukukan Laba Bersih Rp 261 Miliar

Juni 2022, volume penjualan semen dan terak SBI naik 1,36 persen jadi 6,3 juta ton.

istimewa
Anak usaha Semen Indonesia Group, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI), mengumumkan laporan keuangan perusahaan atas kinerja semester pertama tahun 2022. Di tengah krisis energi yang berkepanjangan, SBI mampu mempertahankan profitabilitas.
Rep: Retno Wulandhari Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha Semen Indonesia Group, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI), mengumumkan laporan keuangan perusahaan atas kinerja semester pertama tahun 2022. Di tengah krisis energi yang berkepanjangan, SBI mampu mempertahankan profitabilitas.

Hingga akhir Juni 2022, volume penjualan semen dan terak SBI tercatat naik tipis 1,36 persen menjadi 6,3 juta ton. Pendapatan SBI pun meningkat menjadi sebesar Rp 5,5 triliun atau naik 10,25 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu. 

Kenaikan pada beban pokok pendapatan sebesar 17,49 persen sejalan dengan volume penjualan. Tingginya faktor biaya energi pada produksi dan BBM untuk transportasi, membebani kinerja hingga Laba Kotor tercatat turun -11,19 persen menjadi Rp 1,1 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,3 triliun.

Sinergi dengan SIG, penurunan beban bunga dan inisiatif-inisiatif yang dilakukan Perusahaan, membantu mempertahankan kinerja positif secara keseluruhan melalui capaian Laba Bersih sebesar Rp 261 miliar. Angka tersebut naik dari Rp 249 miliarpada periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama SBI, Lilik Unggul Raharjo, mengatakan, Perseroan akan terus menerapkan upaya sinergi dan program-program efisiensi serta menjaga arus kas sebagai prioritas, di tengah tantangan berat yang akan terus berlanjut di semester II ini.

"Kami terus mendorong inisiatif-inisiatif untuk mencapai operational excellence, melalui inovasi-inovasi pada setiap proses bisnis agar tetap kompetitif," kata Lilik dalam keterangan resminya dikutip pada Ahad (14/8/2022).

Lilik mengakui krisis energi berkepanjangan sejak tahun 2021, masih terus membayangi kinerja industri semen. Meski pemerintah telah mengeluarkan kebijakan DMO, dampak kenaikan harga batu bara sejak tahun 2021 masih membebani industri semen untuk tetap mempertahankan kinerja yang positif. 

"Hingga semester pertama tahun 2022, konsumsi industri semen nasional pun mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan estimasi di awal tahun," terang Lilik.

Baca Juga


 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler