Negara Lain Anggap Covid Seperti Flu Biasa, Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia masih mengacu pada sikap resmi WHO terkait pandemi Covid-19.

EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Siswa sekolah dasar mengikuti pelajaran memakai masker. Pemerintah Indonesia mengacu pada WHO terkait penanganan Covid-19, termasuk dalam menentukan status pandemi.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Shelbi Asrianti

Sejumlah negara di dunia mulai memperlakukan Covid-19 seperti penyakit biasa. Seperti Amerika dan Thailand. Negara-negara tersebut menganggap Covid-19 tak ubahnya flu biasa hingga kehidupan dan roda ekonomi bisa tetap bergulir normal. Thailand bahkan juga akan menurunkan peringkat Covid-19 dari penyakit menular berbahaya menjadi penyakit yang memerlukan pemantauan.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril menegaskan, Indonesia masih tetap akan mengacu pada sikap resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO) perihal status pandemi Covid-19. Hingga kini WHO masih belum mengubah status pandemi Covid-19.

"Artinya kami masih menganggap Covid-19 sebagai pandemi. Belum ada deklarasi terbaru soal perubahan status Covid-19 dari WHO," ungkap Syahril dalam diskusi daring, Kamis (18/8/2022).

Syahril tak memungkiri sudah ada beberapa yang telah mengeluarkan pernyataan sendiri perihal status pandemi. Termasuk soal pelonggaran protokol kesehatan yang pernah diterapkan di Indonesia. Menurut Syahril, kebijakan tersebut sifatnya nasional bukan global. Sehingga, kebijakan yang diambil terbatas pada negara tersebut.

"Keputusan yang diambil Indonesia itu sangat hati-hati dan dilakukan bertahap. Karena keputusan tersebut akan menentukan kemaslahatan banyak orang," tegas Syahril.

Menanggapi kebijakan ini, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono menilai Indonesia tidak perlu mengikuti kebijakan negara lain. "Indonesia tidak perlu meniru kebijakan negara lain," tegas Pandu.

Pandu mengatakan, masyarakat hanya perlu fokus dalam dua hal, yaitu protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19. Ia menjelaskan bahwa hal ini dapat dilakukan sebagai bentuk pengendalian dalam menangani pandemi Covid-19 dengan cara-cara yang lebih bisa diterima masyarakat.

Pandu menjelaskan bahwa sangat tidak memungkinkan penularan dicegah 100 persen. Sehingga langkah yang didorong adalah dengan dua kombinasi berupa protokol kesehatan dan vaksinasi.

“Dengan dua kombinasi itu dampaknya besar sekali pencegahan pertama adalah prokes, pencegahan berikutnya ada vaksinasi untuk memberikan imunitas atau pertahanan bagi setiap individu,” ungkap Pandu.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, situasi Covid-19 dunia memang membaik. WHO menyampaikan "situation report" yang menyebutkan bahwa di dunia jumlah kasus baru Covid-19 turun 24 persen. Situasi tersebut dilihat berdasarkan data mingguan pada Senin (8/8/2022) sampai Ahad (14/8/2022) dibandingkan minggu sebelumnya.

"Bahkan, angka kasus di regional WHO Asia Tenggara Indonesia menjadi salah satu negara yang turun 11 persen dalam periode yang sama. Bukan hanya kasus, di dunia juga terjadi penurunan kematian sebanyak 6 persen. Kita tentu juga berharap tren di Indonesia akan mengikuti situasi global dan regional pula," kata Tjandra, Kamis (18/8/2022).

Sejauh ini, sambung Tjandra, angka Covid-19 di Indonesia masih berfluktuasi. Pada 18 Juni 2022 kasus baru di Indonesia masih 1.264 orang, lalu meningkat jadi 3.393 pada 18 Juli dan di hari kemerdekaan pada Rabu (17/8/2022) kemarin angkanya 5.253 orang.

"Angka kematian kita juga masih meningkat. Pada 17 Juni 2022 ada enam warga kita yang meninggal karena Covid-19, lalu jadi 10 yang wafat bagi 17 Juli 2022 dan di laporan hari Kemerdekaan 17 Agustus 2022 kita berduka karena ada 19 warga kita yang meninggal akibat penyakit ini," rinci Tjandra.

Sementara itu, lanjut Tjandra, berdasarkan laman Our World in Data tanggal 16 Agustus 2022 menunjukkan bahwa 62,2 persen penduduk Indonesia sudah mendapat vaksinasi lengkap. Angka ini masih lebih rendah dari negara tetangga ASEAN lain seperti Kamboja (87 persen), Vietnam (83,2 persen), Laos (70,3 persen), Malaysia (81,8 persen) dan Thailand (74,4 persen). "Kita tahu target memang sedikitnya 70 persen penduduk sudah mendapat vaksinasi lengkap," ujar Tjandra.

"Sekali lagi, kita tentu amat berharap agar kita juga dapat mensejajarkan diri dengan kecenderungan penurunan kasus global dan regional Covid-19 yang memang saat ini sedang membaik, dan juga segera mencapai persentase cakupan vaksinasi sebagaimana di negara tetangga kita," sambungnya.





Baca Juga


Pekan lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengumumkan perubahan menyeluruh pedoman Covid-19. Ada sejumlah perbedaan besar dalam rekomendasi baru yang tersedia untuk masyarakat AS.

"Panduan ini mengakui bahwa pandemi belum berakhir, tetapi juga membantu kita bergerak ke titik di mana Covid-19 tidak lagi mengganggu kehidupan kita sehari-hari," kata Greta Massetti dari CDC dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman CBS News.

Panduan pencegahan Covid-19 dari CDC tidak akan lagi membedakan apakah orang-orang sudah mengetahui tentang status vaksinasinya. Tes Covid-19 kini tidak lagi direkomendasikan di sebagian besar tempat untuk orang yang tidak memiliki gejala.

CDC mengatakan orang yang dites positif Covid-19 dapat berhenti memakai masker jika gejalanya membaik dan hasil tesnya negatif dua kali berturut-turut. Tes dilakukan pada hari keenam setelah infeksi dimulai, kemudian tes lanjutan pada hari kedelapan.

Untuk membatasi dampak sosial dan ekonomi akibat Covid-19, karantina tidak lagi direkomendasikan, terlepas dari status vaksinasinya. Massetti menyampaikan bahwa rekomendasi tersebut sedang direvisi untuk menyederhanakan pedoman federal Covid-19 menjadi kerangka kerja yang lebih mudah.

"Ini benar-benar tentang bagaimana orang dapat memahami bagaimana semua komponen ini cocok bersama. Ini dimulai dengan orang memahami risiko pribadi mereka sendiri, untuk penyakit serius, dan orang yang mereka cintai," ujar Massetti.

Unggahan baru CDC termasuk deskripsi dan ilustrasi baru untuk membantu menilai kemungkinan seseorang terinfeksi ketika berada di sekitar seseorang dengan Covid-19. Panduan pun meliputi apa yang harus dilakukan jika terpapar seseorang dengan Covid-19.

Badan tersebut memangkas beberapa rekomendasi Covid-19 khusus untuk sekolah, termasuk menghapus panduan seputar strategi di mana siswa yang terpapar virus dapat tetap bersekolah selama mereka terus dites negatif. Ketetapan itu dinilai tidak lagi sesuai.

"Perubahan utama dalam bimbingan sekolah ada di bagian-bagian yang akan paralel dengan perubahan dalam bimbingan masyarakat. Misalnya, kami tidak lagi merekomendasikan karantina. Jadi dalam bimbingan sekolah, tidak ada lagi bagian tentang karantina," ucap Massetti.

Perubahan lain pada pedoman sekolah, yang terakhir diperbarui pada Mei 2022, mengklarifikasi bahwa semua orang harus mengenakan masker di kantor perawat sekolah. Pedoman juga menghapus rekomendasi bahwa ruang kelas perlu didesinfeksi setelah kasus positif ditemukan.

Ringkasan panduan itu diterbitkan pada Kamis (11/8/2022) di Morbidity and Mortality Weekly Report. Rekomendasi terperinci diharapkan akan diperbarui dan disederhanakan dalam beberapa hari mendatang, termasuk untuk panduan perjalanan, aturan di panti jompo, dan tempat berkumpul berisiko tinggi lainnya.

Massetti menuturkan, pengaturan perawatan dan perawatan kesehatan akan terus bergantung pada kerangka transmisi komunitas CDC yang didasarkan pada jumlah kasus Covid-19. Panduan badan lainnya akan terus dipatok pada tolok ukur Tingkat Komunitas Covid-19 CDC.

Pejabat CDC yang menangani Covid-19 telah meminta untuk secara signifikan merevisi dan menyederhanakan pedoman selama berbulan-bulan. CDC berharap vaksinasi dan kekebalan alami bisa membantu penanganan Covid-19 ke depan, disertai langkah-langkah lain.

"Kami memiliki alat perawatan dan pencegahan yang sangat efektif, kami telah sangat mengurangi risiko penyakit yang signifikan secara medis, rawat inap, dan kematian," ucap Ian Williams, kepala departemen kesehatan penanganan Covid-19 CDC.

Vaksinasi Covid-19 dosis keempat. - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler