Mendikbudristek Harap Platform Teknologi Pendidikan Terus Berkontribusi
Ia menilai teknologi telah membantu pendidikan Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan apresiasi kepada seluruh pengguna Platform Merdeka Mengajar, yang telah diluncurkan Kemendikbudristek melalui Merdeka Belajar. Platform Merdeka Mengajar sendiri adalah platform teknologi yang disediakan untuk menjadi teman penggerak bagi guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.
Itu disampaikan pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27 Tahun 2022 di kantor Kemendikbudristek, Jakarta.
“Terima kasih untuk lebih dari 1,2 juta pendidik sudah mengakses dan saling berbagi materi di platform Merdeka Mengajar, sebuah kanal bagi guru-guru untuk belajar, untuk mengajar, dan untuk berkarya serta mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. Selain itu, sebanyak 3,2 juta pendidik dan dinas pendidikan di seluruh Indonesia telah mengakses berbagai platform teknologi dengan akun belajar.id,” kata Menteri Nadiem pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-27 Tahun 2022 di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Sabtu (20/8/2022).
Selanjutnya, Mendikbudristek menyampaikan terima kasih kepada 714 ribu mahasiswa, 2.600 perguruan tinggi, 2.700 mitra industri, dan 43 ribu praktisi yang telah berkolaborasi untuk mewujudkan terobosan Mereka Belajar Kampus Merdeka.
Lebih dari itu, Nadiem juga berterima kasih kepada para pelopor yang telah percaya dan mulai memanfaatkan setiap ekosistem teknologi yang dibangun Kemendikbudristek. “Sebanyak 364 ribu sekolah telah memanfaatkan terobosan teknologi Kemendikbudristek untuk menghadirkan transformasi pembelajaran yang menyeluruh bagi peserta didik,” katanya.
Mendikbudristek mengapresiasi capaian tersebut. Ia menilai teknologi telah membantu menggerakkan langkah bersama untuk mengakselerasi transformasi pendidikan. Namun, ia menyadari bahwa masih banyak yang harus disempurnakan. Transformasi pendidikan yang tidak mudah diputarbalikkan memerlukan gotong royong dan kolaborasi semua pihak untuk menghadirkan lompatan kemajuan.
“Ini awal dari perjalanan yang sangat panjang menuju pembelajaran yang jauh lebih relevan, pembelajaran yang jauh lebih merdeka, dan pembelajaran yang jauh lebih menyenangkan untuk semua pelajar di Indonesia,” kata Nadiem.
Pendidik terbantu dengan Platform Belajar.id
Belajar.id, yang dirilis di penghujung 2020, merupakan salah satu platform yang turut membantu akselerasi transformasi Pendidikan. Sejumlah tenaga pendidik mengatakan, berkat platform Belajar.id, proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif.
Platform Belajar.id memberikan akses kepada para pengajar dan murid ke beragam aplikasi pendidikan, seperti alat-alat kolaborasi Google Workspace for Education seperti Google Classroom, Google Meet, Google Chat, Google Drive, dan masih banyak lagi. Alat-alat kolaborasi ini memungkinkan para siswa untuk berkolaborasi mengerjakan tugas secara lebih kreatif dan real time. Tak hanya itu, alat-alat ini juga memfasilitasi guru untuk membuat kegiatan belajar menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.
Tak hanya guru, para siswa juga mendapatkan akun belajar.id yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan belajar mengajar. Melalui akun belajar.id, siswa mendapatkan kemudahan mengakses media pembelajaran dengan lebih inovatif. Siswa-siswi, misalnya, dapat membuat presentasi melalui Google Slides yang dapat dibagikan dan dikerjakan secara bersama-sama, serta berkolaborasi dan berinteraksi lewat Google Jamboard atau papan tulis berteknologi cloud.
Adoniram Benmeten (32 tahun), seorang guru di SMPN 1 Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, adalah salah satu dari 3,2 juta pendidik yang menggunakan platform Belajar.id. Ia mengatakan, kini para guru menjadi semakin kreatif, salah satunya rutin membuat video pembelajaran dan membagikannya melalui media sosial.
"Aplikasi yang sering kami gunakan itu Classroom, Slides, Meet, Sheet, dan Form. Misalnya, untuk membuat daftar nilai, daftar hadir, dan berita acara. Kami juga bisa memberikan komentar, masukan untuk para siswa secara langsung melalui aplikasi-aplikasi itu dalam proses belajar mengajar," kata Adoniram.
Menurut dia, penggunaan sejumlah aplikasi juga masih berlanjut hingga kini, saat proses pembelajaran sudah berlangsung secara luring.
"Sekarang kami jadi terbiasa, segala sesuatu terpusat memanfaatkan aplikasi misalnya Drive, jadi semua online. Tidak lagi menggunakan kertas. Nanti kepala sekolah langsung mengecek di Drive kalau harus ada perubahan," kata dia.