Safari Politik Puan Bisa Buyarkan Peta Koalisi Parpol yang Sekarang Ada
Nasdem bisa saja membatalkan bakal capres hasil rakernas jika berkoalisi dengan PDIP.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Nawir Arsyad Akbar
Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago menilai, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani menjadi sosok penting untuk menentukan peta koalisi parpol hingga calon peserta Pilpres 2024. Alasannya, PDIP menjadi partai yang dinilai paling mudah untuk memilih mitra koalisinya.
"Memang aktornya Mbak Puan. Kami melihat prospek koalisinya, PDI Perjuangan mudah berkoalisi dengan siapa saja, itu kan tergantung pada Mbak Puan, ya," kata Pangi di Jakarta, Senin.
Puan saat ini sudah diberi mandat oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk membuka komunikasi dengan semua partai politik. Di sisi lain, seluruh parpol juga masih menunggu langkah dari partai berlambang banteng.
Direktur Eksekutif Voxpol Center ini menyebutkan sejumlah parpol lain saat ini memang sudah membangun koalisinya masing-masing. Namun, kata Pangi, koalisi yang sudah terbangun itu bisa dilihat hanya sekadar penjajakan dan basa-basi karena belum punya arah yang jelas.
Dengan ditugaskannya Puan untuk membuka komunikasi dengan seluruh parpol, bukan tidak mungkin koalisi yang ada saat ini bisa buyar. "Praktis enggak ada satu pun sampai sekarang yang koalisinya sudah matang. Itu menurut saya karena masih menunggu PDI Perjuangan," ujarnya.
Pangi pun meyakini kepiawaian Puan dalam membuka komunikasi dengan semua partai politik yang ada. Ia justru menilai Puan bisa menjadi sosok politikus yang lebih baik dari Megawati dalam hal membuka komunikasi politik.
Menurut dia, Puan tidak punya sejarah masa lalu dengan tokoh politik lain yang membuatnya bisa lebih fleksibel dalam membuka komunikasi dengan semua pihak. "Puan Maharani gerak politiknya lebih lincah, mahir, dan piawai karena dia tidak punya beban masa lalu atau hubungan yang tidak baik dengan parpol lain. Ruang gerak beliau lebih mudah ketimbang Ibu Mega yang jalan," kata Pangi.
Pangi mencontohkan langkah Puan yang mau bertandang ke kantor Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh Megawati.
"Mbak Puan bisa lebih merendah dalam arti untuk kemenangan. Kan enggak mungkin Bu Mega mau mengunjungi Surya Paloh. Akan tetapi, Mbak Puan mau melakukan itu," ujar Pangi.
Dikatakan oleh Pangi, bahwa keberhasilan Puan nantinya bisa diukur dari dua aspek. Pertama, apakah ia bisa membangun koalisi yang matang antara PDI Perjuangan dengan partai lain.
Kedua, apakah koalisi itu juga menghasilkan kandidat capres yang sesuai dengan harapan. "Di tangan Puan, partai yang hendak bergabung dengan PDI Perjuangan itu akan jauh lebih banyak karena kerannya dibuka lebar. Kandidat yang bakal diusung juga akan makin baik karena opsinya jadi lebih banyak," kata Pangi.
Pengamat politik yang juga Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam juga menilai, pertemuan Puan Maharani dan Surya Paloh di Nasdem Tower tak terlepas dari upaya elite politik menjalin komunikasi dan melihat peluang berkoalisi menjelang Pemilu 2024. Kunungan Puan ke Nasdem Tower menjadi barang baru dalam politik, mengingat hubungan PDIP dan Partai Nasdem yang sempat merenggang.
"Oleh karena itu, kunjungan Puan ke Nasdem Tower sebagai ajang silaturahim untuk mempererat komunikasi dan penjajakan politik, terutama menjelang Pemilu 2024," kata Arif.
Ia mengatakan, bila pertemuan Puan Maharani dan Surya Paloh menemukan titik temu, pasti ada pertemuan lanjutan untuk membahas pertemuan pertama. Apakah ada pertemuan Megawati Soekarno Putri dan Surya Palohsangat tergantung dari pertemuan itu.
"Pertemuan antara Puan Maharani dan Surya Paloh hari ini (Senin) apakah ada titik temu sehingga membuka peluang pertemuan Megawati dengan Surya Paloh terbuka lebar. Atau justru sebaliknya, bila tidak ada titik temu, peluang bekerja sama dalam politik tentu pertemuan Megawati dengan Surya Paloh relatif kecil," katanya.
Pengamat politik ini mengamati pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Surya Paloh beberapa waktu memunculkan kemungkinan Surya Paloh menyampaikan agenda politik 2024. Salah satunya, antara Jokowi dan Surya Paloh sudah tidak lagi beriringan dan sudah 'bercerai' secara politik.
"Secara etika, saya menghargai ketika Surya Paloh menyatakan berbeda secara politik dengan Presiden Jokowi pada 2024," katanya.
In Picture: Pertemuan Puan Maharani dengan Surya Paloh
Adapun, pengamat politik dari Universitas Jember Muhammad Iqbal menilai, ada tiga sinyal pesan politik dari pertemuan PDI Perjuangan (PDIP) dengan Partai NasDem yang merupakan salah satu rangkaian safari politik Puan Maharani. Sinyal pertama, yakni menepis anggapan selama ini adanya kerenggangan relasi politik antara PDI Perjuangan dengan Partai Nasdem.
"Kedua, menegaskan kebutuhan PDI Perjuangan untuk penguatan dukungan koalisi Pilpres 2024. Meskipun PDIP jelas satu-satunya poros parpol yang sudah punya tiket pencapresan, tapi masih berhitung rasional untuk memperkuat proyeksi modal kemenangan," ujar Iqbal.
Kemudian sinyal ketiga, menunjukkan bahwa safari penjajakan Puan Maharani ke Partai NasDem perlu dipahami sebagai saluran untuk kepastian politik pencapresan. Seperti diketahui bahwa Rakernas NasDem2022 telah sepakat mencalonkan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andhika Perkasa dalam Pemilu Presiden 2024.
"Ganjar yang kader PDIP menjadi satu capres versi Rakernas NasdDem. Mengapa bukan Puan Maharani? Pada konteks itulah safari Puan membutuhkan kepastian politik," ucap pakar komunikasi politik Unej itu.
Namun, lanjut dia, apakah safari politik Puan akan berpotensi mengubah peta poros koalisi dan tentu potensi perubahan peta koalisi bisa saja terjadi karena tidak ada yang abadi dalam politik kecuali kepentingan politik itu sendiri.
"Nasdem niscaya konsisten dan berkomitmen penuh atas hasil rakernasnya. Siapa dari tiga nama yang diusung sebagai capres, jelas masih terlalu dini dipastikan karena masih ada sekian waktu untuk memastikan capresnya," ujarnya.
Demikian pula dengan PDIP, boleh jadi upaya Megawati untuk bersikeras mencapreskan Puan Maharani semata menjaga arus dan arah sentimen dukungan politik ke PDIP, papar dia. Bila tiba momentumnya, kata dia, bisa saja berubah, mungkin malah Ganjar Pranowo yang akan diusung agar peluang memperkuat poros koalisi dengan Nasdem dapat terjadi.
"Nasdem sampai kini belum memastikan siapa capres tunggalnya. Masih ada tiga nama dan salah satunya Ganjar, sebagai kohesi koalisi dengan PDIP. Itulah makna cek ombak safari politik Puan Maharani," katanya.
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali mengatakan bahwa pihaknya tak menutup pintu komunikasi dengan partai politik manapun. Termasuk dengan PDIP yang disebutnya berpeluang membentuk poros baru.
"Sisi mana yang kemudian menutup kesempatan itu. Sisi mana yang kemudian menutup peluang Nasdem dan PDIP berkoalisi sedangkan hari ini kami sedang melakukan koalisi bersama-sama," ujar Ali di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta, Senin (22/8/2022).
Partai Nasdem dan PDIP, jelas Ali, memiliki pengalaman berkoalisi ketika mengusung Joko Widodo. Bahkan keduanya yang pertama menyatakan mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta itu di pemilihan presiden (Pilpres) 2014.
"Semuanya masih sangat mencair, semua sangat mungkin politik sangat dinamis. Melihat tadi gestur tubuh Pak Surya dan Puan Maharani begitu dekat begitu bersahabat," ujar Ali.
Adapun, Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengatakan bahwa komunikasi terkait Pilpres 2024 masihlah sangat dinamis. Apalagi pelaksanaannya disebut masih sangat lama, dengan diawali pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada Oktober 2023.
"Masih panjang untuk menentukan siapa, bagaimana, dan apa yang kita tuju pasca 2024, Pilpres dan Pileg akan datang," ujar Puan usai pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, Senin.
PDIP, jelas Puan, tak menutup pintu komunikasi dengan partai politik manapun. Menurutnya, kedewasaan berpolitik menjadi modal bagi partai politik mengetahui mana waktu untuk bertanding dan bersanding.
"Tidak adanya komunikasi membuat ruang itu tertutup dan menjadi miss komunikasi. Apapun yang akan jadi keputusan dalam dinamika politik akan datang, kita harus bersepakat kapan kita harus bertanding, kapan kita harus bersanding untuk Indonesia," ujar Puan.