Islam Berdiri di Atas Toleransi

Hanya karena pemerintah memprogramkannya baru-baru ini, bukan berarti istilah wasathiyah itu sesuatu yang baru.

retizen /Shopiah Syafaatunnisa
.
Rep: Shopiah Syafaatunnisa Red: Retizen
Sumber: republika.co.id

Tulisan ini tidak hendak mempersoalkan moderasi beragama. Sesungguhnya Islam itu moderat dan tidak perlu dimoderasi lagi. Hanya karena pemerintah memprogramkannya baru-baru ini, bukan berarti istilah wasathiyah itu sesuatu yang baru, namun justru mempertegas identitas Islam.


Islam sendiri berdiri di atas toleransi. Namun sayangnya, banyak pihak yang merasa perlu memperluas toleransi yang jelas memiliki batasnya dalam syariat.

Akidah adalah inti, sedikit saja diubah, maka ia telah merusak akidahnya sendiri. Sesungguhnya yang perlu ditangani itu adalah kaum ekstrem dan bukan ajaran Islam. Ini yang harus benar-benar digarisbawahi.

Sejak zaman kemerdekaan hingga saat ini, Islam adalah rahmatan lil 'alamin di negeri ini. Hanya karena kaum ekstremes mengaku dari Islam, ditambah lagi agama ini sebagai mayoritas di Indonesia, lantas bukan berarti ajaran Islam ini mesti dimoderasi kembali, karena hakikat Islam adalah ummatan wasathan sejak dahulu kala, hal ini tercermin dari kepemimpinan Rasulullah di Madinah yang menaungi banyak agama.

Indonesia dengan beragam agamanya, lantas menyudutkan salah satu agama untuk memiliki paham ajaran yang plural. Kerukunan beragama bukan berarti mempertaruhkan akidah agama.

Pantas saja hal tersebut dapat menuai pro kontra, karena akidah memiliki batasannya. Islam berdiri di atas toleransi, tanpa harus dilebih-lebihkan. Ruang toleransi berlebih inilah yang menuai berbagai perspektif pro dan kontra.

Namun kemudian, kementrian agama memberikan klarifikasi bahwa maksud program pemerintah ini adalah moderasi beragama, bahwa yang dimoderasikan adalah prilaku beragama, bukan moderasi agama untuk memoderasikan ajaran agama.

Dari sinilah kesalahpahaman mulai mengikis, keterangan tersebut paling tidak menggambarkan visi kerukunan antar agama di Indonesia. Dan bukan menggadaikan akidah agama atas nama kerukunan beragama.

Jika seseorang bertanya tentang mengapa ada yang menuai kontra sebelumya, karena hal tersebut sensitif berkenaan dengan akidah suatu agama.

Pasalnya, toleransi yang melampaui batasannya bukan lagi sebagaimana akidah yang dianutnya.

Tentu negara Indonesia tidak hanya bervisi merukunkan antar agama, tapi juga agar masyarakat menghargai setiap pelaku agama, termasuk akidah yang diyakininya.

Namun, sebaiknya objek yang harus lebih dibidik adalah sebagaimana tujuan didirikannya program moderasi beragama pemerintah, agar tidak menyasar pada umat Islam seluruhnya yang justru berusaha mengamalkan ajaran agamanya dengan baik.

Di sisi lain, sasaran keseluruhan ini sebagai upaya pemerintah meminimalisir pemikiran radikal kaum ekstremes demi terjaganya keutuhan NKRI.

Rumit memang, namun satu hal yang dikeluhkan pemeluk agama Islam adalah agar agama lain tidak bermudah-mudahan meradikalkan umat Islam yang tidak tepat sasaran. Apalagi, jika label meradikalkan muncul dari lisan sesama agama Islam sendiri.

Islam sudah toleran, bahkan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Sebagai upaya antisipasi, pemerintah kemudian menyoroti prilaku beragama umat Islam di Indonesia.

Sesungguhnya umat Islam di Indonesia baik-baik saja. Apalagi Islam sangat menjunjung tinggi kerukunan beragama dan sangat menentang falsafah deradikalisme.

Hanya saja, kemunculan kaum ekstremes berimbas pada upaya pemerintah mensosialisasikan moderasi beragama menyasar umat Islam seluruhnya.

Sebagai upaya pemerintah dalam menjamin kerukunan, sekaligus antisipasi pemerintah mengatasi pemikiran teroris yang dikhawatirkan menjamur di tengah-tengah umat Islam.

Umat Islam di Indonesia baik-baik saja. Kerukunan beragama adalah prinsip ajaran Islam tanpa harus mengusik akidah. Islam mengajarkan nilai-nilai toleransi, tanpa harus melebihkan lagi prinsip toleran itu sehingga keluar dari batasannya.

Prilaku beragama yang disoroti pemerintah justru mempertegas prinsip toleransi ajaran Islam. Agar Islam tidak dimaknai simbol kekerasan sebagaimana mereka yang salah memaknai.

Sebagai konsekuensinya, upaya preventif itu membuat seluruh umat Islam di negeri ini selalu dijadikan sasaran dan objek demi keberlangsungan program pemerintah tersebut.

Terlepas dari kekurangan dan kelebihan, seyogyanya umat Islam bisa lebih menunjukan betapa Islam itu rahmatan lil 'alamin.

sumber : https://retizen.id/posts/173510/islam-berdiri-di-atas-toleransi
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler