Pelatih 'Korban' Keganasan Liga 1 Terus Berjatuhan
Para pelatih ini didepak atau mundur meski musim baru belum lama dimulai.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia BRI Liga 1 2022/2023 telah memasuki pekan keenam. Sejauh musim ini berlangsung, persaingan di papan klasemen masih belum terbaca. Beberapa tim besar masih kesulitan menemukan bentuk mereka, sementara tim-tim yang sebelumnya tak diperhitungkan justru mampu memberikan kejutan.
Sejauh ini, Borneo FC menjadi yang terkuat di peringkat teratas klasemen sementara dengan perolehan 15 poin. Madura United menyusul dengan 13 poin, jumlah yang sama dengan PSM Makassar di peringkat keempat yang punya tabungan satu pertandingan. Selanjutnya, Persita Tangerang menyusul di empat besar dengan perolehan 12 poin, diikuti oleh Bali United dengan angka serupa.
Selain Persija Jakarta yang mengantongi 11 poin di peringkat keenam klasemen sementara, tim lainnya baru memperoleh 10 poin ke bawah dari enam pertandingan. Adapun di papan bawah klasemen, Persik Kediri menjadi yang paling terpuruk di peringkat ke-18 dengan hanya mengoleksi satu poin. Rans Nusantara FC menyusul dengan hanya dua poin, kemudian Barito Putera memperoleh tiga poin dari lima pertandingan.
Perolehan poin di awal musim ini rupanya sangat mempengaruhi posisi pelatih. Sejauh ini sudah ada empat pelatih yang lengser dari kursi kekuasaannya. Klub pertama adalah Persib Bandung yang mengakhiri kerja sama dengan Robert Rene Albert setelah mendapat desakkan dari bobotoh karena serangkaian hasil negatif di tiga laga awal.
Saat itu, Persib belum memperoleh satu kemenangan pun dan hanya punya satu poin dari hasil imbang. Pelatih asal Belanda itu meninggalkan kursi pelatih Persib pada Rabu (10/8). "Keputusan mundur dari pelatih kepala merupakan sikap yang diambil Robert. Itu diambilnya demi kebaikan bersama, khususnya Persib," tulis pernyataan resmi Persib saat itu.
Tak lama berselang, nama Javier Roca menghilang dari daftar susunan pemain (DSP) pertandingan saat Persik Kediri menghadapi Borneo FC, Jumat (12/8). Sehari kemudian, Persik resmi mengumumkan kepergian pelatih asal Cili tersebut setelah hasil yang kurang memuaskan dalam empat pertandingan. Saat itu Persik Kediri selalu kalah dan hanya meraih satu poin dari hasil imbang.
"Matur nuwun Javier Roca, terima kasih atas kebersamaannya. Sukses selalu di mana pun berada," demikian pernyataan Persik.
Selanjutnya, pelatih kawakan Jacksen F Tiago memutuskan untuk mundur dari kursi pelatih setelah membawa Persis Solo meraih kemenangan perdana mereka musim ini saat berhadapan dengan Bhayangkara FC di pekan kelima Liga 1 2022/2023. Saat itu Persis menang tipis 1-0 atas Bhayangkara. Tapi dalam konferensi pers usai pertandingan, Jacksen justru menyatakan mundur.
"Melawan Bhayangkara FC menjadi pertandingan terakhir saya bersama Persis Solo," kata Jacksen.
Terbaru, PSIS Semarang resmi memberhentikan pelatih Sergio Alexandre usai kekalahan tandang melawan Persebaya Surabaya di pekan keenam Liga 1. CEO PSIS Semarang AS Sukawijaya mengatakan, kepelatihan Sergio Alexandre di PSIS selama enam pertandingan awal Liga 1 tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
"Sergio Alexandre resmi diberhentikan sebagai pelatih PSIS akibat hasil buruk yang dialami tim," kata Sukawijaya, Rabu (24/8).
Pengamat sepak bola Indonesia Akmal Marhali mengatakan kursi pelatih di Liga 1 memang selalu menjadi kursi panas. Dia membandingkannya dengan musim lalu, di mana dari 18 tim hanya lima pelatih yang bertahan dari awal hingga akhir musim. Mereka adalah Stefano Cugurra (Bali United), Robert Rene Albert (Persib), Aji Santoso (Persebaya), Paul Munster (Bhayangkara FC) dan Widodo C Putro (Persita).
"Penyebab panasnya kursi pelatih karena di Indonesia, manajer klub itu lebih berperan dibandingkan pelatih. Seringnya manajer beli pemain dulu baru kemudian pelatih didatangkan, itulah yang terjadi di sepak bola kita," kata Akmal saat dihubungi Republika, Kamis (25/8).
Sementara itu di sepak bola Eropa, kata dia, pelatih yang lebih dulu didatangkan baru kemudian pelatih belanja pemain yang dibutuhkan sesuai strategi dan skenarionya. Menurut Akmal pelatih di Indonesia harus lebih bekerja keras memutar otak untuk menemukan bentuk tim dari materi pemain yang sudah disediakan.
"Ketika gagal, suporter akan marah dan langsung menuntut pergantian pelatih, tidak mungkin kalau manajer yang diganti," ujarnya. "Tapi itu memang risiko yang harus diterima sebagai pelatih profesional, jadi sah-sah saja. Ini adalah efek dari sepak bola resultan. Sepakbola yang mengedepankan hasil," kata Akmal menambahkan.