Warga Turki Semakin Sulit Dapatkan Visa Schengen

16,5 persen pelamar visa dari Turki tahun lalu ditolak visanya, naik dari 12,5 persen

studentnewsbd.com
Negara Uni Eropa pemegang Visa Schengen.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presenter olahraga Turki Sinem Okten terkejut melihat aplikasi visanya ke wilayah Schengen Eropa ditolak dua kali. Padahal dia sering berkunjung untuk meliput pertandingan dan mewawancarai tokoh-tokoh seperti kiper Italia Gianluigi Buffon dan Juergen Klopp dari Liverpool.

"Saya melamar dulu ke Jerman lalu ke Prancis. Keduanya menolak lamaran saya. Saya telah bepergian ke luar negeri berkali-kali untuk mengikuti dan memfilmkan pertandingan dan mewawancarai orang, mungkin 50-60 kali. Ini pertama kalinya saya mengalami masalah ini," ujar Okten.

Okten mengatakan kedutaan Jerman tidak memberikan alasan untuk menolak lamarannya. Sebuah dokumen dari kedutaan Prancis yang dilihat oleh Reuters menyebutkan bahwa mereka tidak melihat cukup bukti bahwa presenter televisi itu dapat membiayai diri untuk tinggal di Prancis atau kembali ke Turki.

Data schengenvisainfo.com menunjukkan,  16,5 persen pelamar visa dari Turki tahun lalu ditolak visanya, naik dari 12,5 persen tahun sebelumnya. Penolakan Schengen hanya empat persen pada 2015 dan mulai meningkat pada 2017 untuk orang Turki.

Biaya visa sekitar 100 euro atau sepertiga dari upah minimum Turki tidak dapat dikembalikan entah visa tersebut dikeluarkan atau tidak. "Secara keseluruhan, tingkat penolakan untuk aplikasi visa Schengen telah meningkat di seluruh dunia ... tetapi, jika dibandingkan dengan negara lain seperti Rusia, pertumbuhan tingkat penolakan Turki jauh lebih besar dan konsisten," kata pemimpin redaksi di SchengenVisaInfo.com Shkurta Januzi.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, waktu pemrosesan yang lama dan peningkatan yang diamati dalam tingkat penolakan adalah perbuatan sengaja.

"Sayangnya, Amerika Serikat dan beberapa negara barat Uni Eropa (UE) dan non-UE memberikan janji temu visa kepada warga kami satu tahun, 6-7-8 bulan kemudian. Mereka juga meningkatkan tingkat penolakan. Ini direncanakan dan disengaja," katanya pada Selasa (23/8/2022).

Cavusoglu menolak alasan terkait dengan tindakan virus Corona atau kekurangan personel. Dia mengklaim penolakan visa dimaksudkan untuk membuat Presiden Recep Tayyip Erdogan  pusing sebelum pemilihan.

Kementerian Luar Negeri akan memperingatkan duta besar dari beberapa negara Barat tentang masalah ini pada September. "Jika situasinya tidak membaik setelah itu kami akan mengambil tindakan pencegahan dan pembatasan," ujar Cavusoglu.



Kepala delegasi UE untuk Turki Nikolaus Meyer-Landrut mengatakan, aplikasi Schengen diperlakukan berdasarkan kemampuannya dan bukan berdasarkan alasan politik. Dia menegaskan, aplikasi yang relatif lebih tidak lengkap dan berpotensi penipuan terlihat dari Turki.

"Tidak ada keputusan yang diambil atas dasar politik melainkan atas dasar objektif," kata Meyer-Landrut menegaskan tingkat penolakan Turki tahun lalu mendekati tingkat global 13-14 persen untuk visa Schengen.

Sebanyak 22 dari 26 anggota wilayah Schengen adalah negara-negara UE. Turki dan blok tersebut menikmati hubungan perdagangan yang baik dan migrasi selama beberapa dekade. Hanya saja hubungan tegang karena  beberapa masalah, termasuk kebebasan berbicara di Turki dan kebijakan UE tentang pengungsi dari Suriah.

Sebelum pandemi virus Corona, negara bagian Schengen menerima lebih dari 900.000 aplikasi visa setiap tahun dari Turki tetapi angka itu turun menjadi sekitar 270.000 pada 2021. Padahal warga dari semua negara Schengen dibebaskan dari visa Turki, sebagian besar hingga 90 hari, bahkan beberapa dapat masuk hanya dengan kartu identitas.

Ketua Tur Andiamo Cem Polatoglu, semakin banyak orang Turki yang ditolak, operator tur telah membatalkan perjalanan reguler. "Kami mengalami masalah. Tur kami dibatalkan. Kami biasanya menjadwalkan tur ke Italia setiap minggu, sekarang kami harus menawarkannya setiap dua minggu," kata Polatoglu.

Warga Turki Hikmet Dogan mengatakan di pusat aplikasi visa di Istanbul, lebih mudah untuk mendapatkan visa dalam perjalanan sebelumnya untuk melihat putranya di Swedia. "Saya melakukan perjalanan 2-3 kali tetapi kali ini lebih sulit, biayanya juga melonjak... Sayangnya orang-orang muda berusaha meninggalkan negara itu karena ekonomi Turki semakin buruk," kata Dogan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler