Tahun 1860-an, Masjid Mulai Bermunculan di Trinidad dan Tobago
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam catatan hariannya, seorang misionaris, John Morton menulis bahwa masjid mulai bermunculan di Trinidad pada 1860-an. Ia mendeskripsikannya sebagai ''sebuah bangunan mungil yang cantik.''
Imigran-imigran Muslim pertama dan keturunannya terlihat bertambah makmur. Merekalah yang membangun masjid yang biasanya terbuat dari kayu. Masjid-masjid tersebut biasanya digunakan untuk beribadah kaum laki-laki.
Hal ini terus berlangsung sampai 1928 ketika kaum perempuan dari permukiman Peru mulai datang ke masjid untuk menghadiri perayaan khusus, seperti shalat saat Idul Adha dan Idul Fitri.
Pada awal 1930, kelas agama mulai diadakan di masjid-masjid. Kelas-kelas ini dikelola oleh para imam atau jamaah dewasa yang sudah menguasai ilmu agama. Kelas agama ini mengajarkan bahasa Arab, bahasa Urdu, tata cara beribadah, dan pengetahuan dasar Islam.
Saat ini, terdapat 25 masjid di Pulau Trinidad. Dua masjid di antaranya ada di Pulau Tobago. Salah satu masjid terbesar adalah Jinah Memorial Mosque of Saint Joseph yang dibangun pada 1954.
Sejak awal abad ke-20, kaum Muslimin mulai membentuk kelompok-kelompok keagamaan yang bisa mengakomodasi kebutuhan dan ketertarikan mereka terhadap Islam. Organisasi keagamaan ini mendapatkan pengakuan dari pemerintah.
Organisasi keagamaan pertama yang terbentuk adalah Islamic Guardian Association (IGA) of Princes Town yang didirikan pada 1906. Terbentuknya IGA mendorong terbentuknya East Indian National Association (EINA) yang beranggotakan Muslim India pada 1897. Bersatunya kaum Muslim ini mendorong terbentuknya organisasi yang lebih besar lagi, yaitu Tackveeyatul Islamia Association (TIA) pada 1931.
Sejak merdeka pada 1962, perekonomian Trinidad terus membaik. Dari sebelumnya hanya bergantung pada ekspor gula, bergeser ke minyak dan menjadikan Trinidad sebagai negeri paling makmur dan paling maju industrinya dibandingkan negara-negara lain di wilayah Laut Karibia.
Umat Islam yang dijumpai di Trinidad hari ini umumnya adalah keturunan dari orang-orang Asia Selatan. Selama beberapa dekade terakhir, umat Islam di Trinidad telah membuat kemajuan di berbagai bidang.
Tak sedikit dari mereka yang memiliki profesi mentereng, seperti dokter, pengacara, insinyur, ahli kimia, pengusaha, dan politikus. Banyak pula Muslim yang menjadi guru dan pedagang. Dan, setiap tahunnya tak kurang 100 Muslim Trinidadi menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.