Menambah Skill hingga Mencari Uang Lewat Kelas Udemy

Topik terkait teknologi menjadi pelajaran yang paling dicari di Udemy.

Wihdan Hidayat / Republika
Udemy Head of Indonesia Market, Giri Suhardi, mengatakan cara belajar kini tidak terpaku pada pola konvensional.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 membuka mata dunia akan metode belajar asinkronus. Dunia belajar, cara belajar tidak selalu harus konvensional seperti yang selama ini dikenal. Yaitu berhadap-hadapan guru dan murid di satu tempat.

Guru kini bisa saja menyiapkan dulu bahan ajarnya, lalu merekam dan mengunggahnya di sebuah platform. Sedang murid bisa mempelajarinya kapan saja, di waktu yang dipilihnya.

Pandemi membuat semakin banyak orang Indonesia mengenal metode belajar asinkronus. Dunia yang mulai kembali normal bukan berarti mengembalikan pola belajar hanya di dalam ruang-ruang kelas, di waktu yang sudah ditentukan.

Udemy Head of Indonesia Market, Giri Suhardi, mengatakan cara belajar kini tidak terpaku pada pola konvensional. Kecepatan zaman dan teknologi justru membuat orang bisa belajar kapan saja. "Sesuai waktu yang diinginkannya. Apakah itu di saat setelah subuh atau sepulang kerja di malam hari," katanya, beberapa waktu lalu, dalam media gathering bersama Udemy Indonesia.

Ia mengakui pandemi mengakselerasi cara belajar daring. Udemy, sebuah platform belajar dan mengajar daring, mengalami peningkatan jumlah peserta di masa awal pandemi di 2020. "Peserta kelas Udemy naik 400 persen di kuarter pertama 2020," ujarnya.

Pertumbuhan jumlah peserta kelas belajar Udemy dikatakan Giri terus meningkat hingga tahun ini. Meski di tahun ini ia mengakui pertumbuhannya tidak sepesat di 2020-2021.

Sejak masuk ke Indonesia di 2019, Udemy kini sudah berkembang hingga ke 1.000 kursus premium dalam bahasa Indonesia. Udemy juga sudah memiliki 200 instruktur yang berbagi ilmunya dalam bahasa Indonesia.

Secara global Udemy melayani 54 juta pembelajar di seluruh dunia. Di Tanah Air Udemy memiliki angka 1 juta visit per tahun.

Topik yang paling digemari di Udemy juga selaras dengan survei pekerjaan masa depan yang menyatakan keahlian di bidang teknologi dan digital akan paling dibutuhkan. "Orang di Udemy 50 persen belajar topik teknologi, seperti web development, bahasa program, data science, analisis data, desain grafis, game development, dan lainnya. Lalu 40 persen belajar bisnis dan skill professional, sisanya 10 persen belajar personal development," ujar Giri.

Salah satu instruktur Udemy, Agus Setiawan, mengatakan kelas-kelas yang tersedia di Udemy membantu mahasiswa atau mereka yang sudah lulus untuk siap bekerja. "Menurut saya, lulusan kuliah itu tidak siap untuk langsung bekerja. Udemy punya pilihan-pilihan untuk menjembatani itu, terutama untuk pekerja IT," kata Agus yang mengajar di bidang networking system administration.

Mereka yang baru lulus bisa mengambil kelas-kelas dan lalu memperoleh sertifikat dari Udemy. "Ini menambah skill, yang diakui oleh pemberi kerja, hingga akan membantunya untuk bekerja nanti," sambung Agus.

Sementara Sandhika Rahardi, instruktur Udemy yang mengajar bidang IT yaitu mobile development, mengatakan Udemy tak hanya tempat untuk belajar tapi juga mencari uang. "Saya mulai jadi instruktur di Udemy setelah sebelum menjadi murid di sini. Saya belajar kelas yang berbahasa Inggris, menguasainya, lalu mulai membuat video belajar topik tersebut dalam bahasa Indonesia," katanya.

Sandhika yang akan segera bertolak ke Rusia karena mendapat beasiswa S2 di sana bahkan tidak akan meninggalkan profesinya sebagai instruktur Udemy. Ia menilai fleksibilitas belajar asinkronus tersebut membuatnya bisa mengerjakan bahan ajar dari mana saja. "Lumayan saya jadi tetap bisa punya pendapatan," ujar dia.




Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler