Israel Halangi AS Lakukan Kesepakatan Nuklir dengan Iran
Kepala intelijen Israel ke Washington untuk melakukan pembicaraan tentang nuklir Iran
REPUBLIKA.CO.ID., ANKARA -- Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan bahwa Israel akan terus menekan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mencegah penandatanganan kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara kuat di dunia.
"Kami memimpin kampanye intensif yang dimaksudkan untuk mencegah penandatanganan kesepakatan nuklir berbahaya antara Iran dan kekuatan dunia," kata Lapid pada pertemuan Kabinet pada Ahad (4/9/2022)
Dia mengatakan bahwa tekanan Israel pada Washington tidak akan mencapai titik ketegangan hubungan antara kedua negara, menurut harian The Jerusalem Post.
Pernyataan Lapid itu datang ketika Teheran dan Washington telah memasuki tahap terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015, di mana kedua belah pihak saat ini bertukar pandangan tentang rancangan proposal yang diajukan oleh Uni Eropa (UE).
Perdana menteri Israel mengatakan Washington mempertimbangkan keberatan yang diajukan oleh Tel Aviv.
“Kami juga berbicara dengan mitra lain dan mengajukan tuntutan soal Iran. Kami tidak bisa mengatakan semuanya, tetapi tidak semuanya harus menjadi sasaran pertengkaran dan pembicaraan. Ada cara lain, dan itu bekerja lebih baik,” tambah dia.
Lapid mengatakan kepala intelijen Israel Mossad David Barnea bertolak ke AS pada Minggu untuk berbicara dengan para pejabat di sana mengenai dokumen nuklir Iran.
Israel menuduh Iran berusaha membangun bom nuklir, klaim yang dibantah oleh Teheran, yang mengatakan programnya dirancang untuk tujuan damai.
Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi atas "kampanye tekanan maksimum" di Teheran.
Iran membalas langkah itu dengan mundur dari komitmen nuklirnya berdasarkan kesepakatan.
Teheran sejak itu telah melampaui ambang batas pengayaan uranium, serta jumlah yang diizinkan untuk dimiliki berdasarkan kesepakatan tersebut.