Naskah Khutbah Jumat: Menghargai Waktu
Muslim yang menghargai waktu menggunakannya untuk hal bermanfaat.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, Dosen PAI Universitas Muhammadiyah Gresik & Anggota Majelis Tabligh PDM Gresik
اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puji dan rasa syukur kepada Allah Subhānahū wa Ta’ālā yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh keridhaan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad Ṣallāallāhu ‘alaihi wa Sallam, keluarga dan para sahabat serta pengikutnya hingga Hari Akhir nanti.
Jama’ah Sholat Jum’at yang Berbahagia
Kehidupan niscaya akan selalu mengalami perubahan dan dinamisasi suatu zaman. Tanpa terkecuali semua akan mengalami atau bahkan merasakan setiap detak nadi kehidupan yang akan terus melaju. Manusia sebagai makhluk yang telah diberikan petunjuk oleh Allah SWT setidaknya mampu untuk megoptimalisasikan anugerah hidup ini salah satunya adalah waktu.
Sudah banyak dari kita semua yang telah familiar dan hafal tentang salah satu firman Allah SWT yaitu surat al’Ashr ayat 1-3:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya:
Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, dan saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. (Q.S. al-‘Ashr: 1-3)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ayat tersebut sebenarnya memberikan pemahaman dan ajaran yang utuh bagi manusia tentang rumusan untuk memaknai waktu. Tidak hanya itu ayat tersebut juga menanamkan motivasi yang kuat untuk berbuat lebih (bermanfaat) dalam urusan kehidupan sehari-hari. Ketika seorang manusia lalai terhadap urusannya dalam waktu sekian detik saja, maka hal tersebut tidak mungkin dapat diulang kembali dengan situasi dan kondisi yang sama sepertinya sebelumnya.
Banyak dari kita yang mungkin belum menyadari akan hakikat sesuatu yang sebelumnya terasa lapang dan mudah kemudian dengan sekejap berubah menjadi sulit dan rumit. Masa-masa muda yang saat itu dirasakan begitu lama tetapi kemudian tanpa disadari telah cepat menjadi masa tua.
Kondisi ekonomi yang tengah meningkat (kaya) bisa jadi dalam waktu yang relatif singkat menjadi terpuruk (miskin) begitu pula sebaliknya. Hal-hal demikian justru membuat kita tidak memahami akan pentingnya berbuat yang lebih manfaat saat kita bisa berbuat hal itu sebelum datangnya keadaan yang tidak bisa memungkinkan kita untuk berbuat yang lebih optimal.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Rasulullah SAW pernah bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ وَهُوَ يَعِظُهُ: اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya:
Telah bersabda Rasulullah SAW: pergunakanlah pergunakanlah lima kesempatan sebelum lima kesempitan, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan masa sehatmu sebelum masa sakitmu, dan masa kayamu sebelum masa miskinmu, dan masa sempatmu sebelum masa sempitmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu. (HR. al-Baihaqi)
Pesan dari Nabi Muhammad SAW begitu mendalam jika dapat dikaji secara menyeluruh. Maka inti apa yang telah dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagai seorang muslim harus mengerti benar keadaan dirinya, maka dengan itu ia akan selalu berupaya untuk melakukan yang terbaik hal sekecil apapun dalam hidupnya. Implikasi dari kesadaran diri untuk berbuat yang terbaik akhirnya berada pada sabda Rasulullah SAW yaitu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِي)
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: di antara tanda bagusnya Islam seseorang adalah ia meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. (HR. Tirmidzi)
Jama’ah Sholat Jum’at yang Berbahagia
Esensi dari seorang muslim yang menghargai waktu justru terletak pada cara ia dalam menggunakan waktu untuk aktivitas sehari-hari, apakah lebih banyak dipergunakan untuk kemanfaatan dan kebaikan ataukah dipergunakan untuk hal-hal yang merugikan dirinya dan orang lain.
Perlu diingat pula jika waktu telah sampai di penghujung hidup, maka kita tidak juga mampu memutar kembali. Untuk itulah jika kebaikan yang tidak ditebarkan lantas apakah kita terlena dengan sesuatu yang menjerumuskan ke dalam api neraka, karena sesungguhnya akhir yang baik ialah dalam keadaan khusnul khatimah
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Artinya:
Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (Q.S. al-A’raf: 34)
Setiap manusia pasti memiliki batas waktu kehidupannya, adanya awal ataupun akhir selalu terkait dengan manusia. Keberadaan manusia tentu dimulai ketika ia dilahirkan hingga pada akhirnya menua dan memenuhi panggilan Allah SWT.
Hal ini adalah sudah pasti tidak mungkin kita mampu untuk mengulurkan atau mempersingkatkan waktu sedikitpun. Justru sebagai hamba yang beriman kita diberikan solusi melalui spiritualitas al-‘Ashr yaitu memiliki etos displin waktu dalam berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat.
Pada hakikatnya muslim sejati adalah seseorang yang mampu memanfaatkan waktu secara cerdas untuk kepentingan kemaslahatan dan ditujukan dalam rangka untuk beribadah kepada Allah SWT meskipun itu dalam keadaan bahagia ataupun susah, sakit ataupun sembuh, tua maupun muda, miskin atau kaya, dan lain sebagainya hingga ia mampu memahami bahwa hidup ini adalah anugerah dan keberkahan yang sangat layak untuk dihargai.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah Kedua
اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِميْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ والْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.