Sabang Dinilai Punya Potensi Agrowisata yang Dapat Memikat Turis
Perlu langkah pengembangan yang baik agar potensin agrowisata itu lebih berkembang.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh menilai wilayah Kota Sabang memiliki potensi agrowisata yang dapat memikat turis lokal maupun mancanegara, sehingga perlu langkah pengembangan yang baik. Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPSBTPHP) Distanbun Aceh Habiburrahman, Jumat (23/9/2022) mengatakan wisata bahari Sabang sudah terkenal hingga mancanegara. Sehingga sangat potensial jika dipadukan dengan agrowisata.
"Potensi agrowisatanya juga punya prospek yang bagus seperti salak sabang, alpukat dan aneka tanaman lain yang bisa dibudidayakan di Sabang," kata Habib di Banda Aceh.
Ia menjelaskan pihaknya telah melakukan kunjungan ke Pulau Weh itu dalam rangka finalisasi observasi pelepasan salak lokal sabang menjadi salak unggul nasional. Di samping itu, pihaknya juga melakukan identifikasi potensi alpukat lokal sabang yang selama ini sudah mulai berkembang di pulau paling barat Indonesia itu, dengan jumlah populasi tanaman mencapai 600 batang.
"Kota Sabang ini kota wisata, dimana setiap tahun turis mancanegara dan lokal lebih 10 ribu jiwa mengunjungi Sabang, maka ini potensi yang perlu dikembangkan," kata Habib.
Selain salak lokal sabang, Habib mengatakan, kini Sabang memiliki alpukat lokal sabang. Ia menilai alpokat itu memiliki tekstur buah tanpa serat warna kuning mentega. Rasanya gurih saat dimakan dalam keadaan segar.
Menurut Habib, hasil identifikasi awal yang dilakukan BPSB Aceh, pihaknya menyimpulkan bahwa alpukat sabang menjadi salah satu varietas baru, dan sangat berpeluang digarap untuk didaftarkan menjadikan varietas unggul nasional. "Karena spesifik alpokat lokal sabang untuk dataran rendah ini sudah mulai ditanam sejak 30 tahun yang lalu atau tahun 1992 di kota Sabang. Penanam pertama adalah almarhum Sumadi Suji warga Gampong Cot Ba'U," katanya.
Informasi dari keluarga Sumadi Suji, kata Habib, selama ini hasil panen dijual dengan harga Rp 25 ribu per kilogram, dengan masa panen setahun sekali.
Pihaknya juga telah melakukan observasi lanjutan untuk karakteristik batang, buah dan daun. Tujuannya untuk menyusun deskripsi awal sebagai salah satu syarat pelepasan menjadi varietas unggul nasional.
"Dengan harapan ke depan Pemkot Sabang bisa menjadikan lokasi agrowisata alpukat yang punya prospek, bukan hanya untuk pemasaran buah tapi bisa menjadi lokasi penangkaran benih alpukat dataran rendah," katanya.