Sidebar

Pelajar Madrasah yang Dibangun Nurudin Mahmud Jadi Pejuang Pasukan Shalahuddin al-Ayyubi

Friday, 23 Sep 2022 19:34 WIB
Madrasah Islam tempo dulu (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, Dr Majid Irsan al-Kilani dalam bukunya, Hakadza Zhahara Jil Shalahuddin wa Hakadza `Aadatil Quds(1985), memaparkan kolaborasi antara Nuruddin Mahmud dan para alumnus madrasah Qadiriyah. Sang raja Zankiyah menerima dengan penuh sukacita dan penghormatan para tokoh yang pernah menimba ilmu dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Sebut saja, Syekh Musa. Salah seorang putra waliyullah itu memimpin migrasi sejumlah alumni Qadiriyah ke Syam. Bahkan, Musa terus mengajar di Damaskus hingga wafatnya pada 1209 M.

Baca Juga


Demi mendukung pola-pola pendidikan para alumnus Qadiriyah, Nuruddin membangun sebuah madrasah besar di Harran--dekat perbatasan Suriah-Republik Turki kini. Pengelolaan lembaga itu diserahkan sepenuhnya kepada Asad bin al-Manja bin Barakat, seorang murid Syekh Abdul Qadir. Secara estafet, anak keturunan Ibnu al-Manja meneruskan posisinya sebagai pengajar di institusi tersebut. Penguasa Zankiyah itu juga bersahabat dengan seorang santri Sulthan al- Awliya, yakni Hamid bin Mahmud. Baginya, sebuah madrasah juga didirikan untuk dipimpin sang alim.

Tidak semua pegiat madrasah Qadiriyah pindah ke Syam. Lagipula, gerakan Islah tidak hanya berpusat pada aktivitas jaringan lembaga tersebut. Ada cukup banyak madrasah yang mengambil inspirasi dan sejalan dengan Islah alaal-Ghazali dan Syekh Abdul Qadir. Tidak sedikit pula di antara mereka yang berperan mendukung Zankiyah--dan kemudian Ayyubiyah, dinasti yang pada akhirnya mengusir Salibis dari Baitul Makdis pada 1187 M.

Pemerintahan Zankiyah di Syam tetap berhubungan baik dengan madrasah-madrasah Qadiriyah di pusat Kekhalifahan Abbasiyah. Lebih dari itu, Nuruddin pun menyokong persebaran madrasah-madrasah Sunni di wilayah perdesaan. Ash-Shallabi mengatakan, ada sejumlah madrasah yang turut mendukung kejayaan dinasti tersebut.

Misalnya, madrasah al-Adawiyah yang didirikan oleh Syekh Adi bin Musafir. Mursyid itu pernah dipuji Syekh Abdul Qadir, Jika kenabian dapat diraih dengan kesungguhan ibadah, maka Syekh Adi bin Musafir akan meraihnya. Syekh Adi hidup di tengah suku Kurdi Hakar. Bahkan, masyarakat setempat mendirikan madrasah khusus sebagai tempatnya mengajar. Dakwah yang dilakukannya menimbulkan keamanan.

Pasalnya, begitu banyak perampok atau penjahat dari suku Kurdi yang bertobat setelah mendengar petuahnya yang menyentuh hati. Mereka menjadi orang yang hanya takut kepada Allah dan mengharapkan ridha-Nya. Banyak di antaranya yang di kemudian hari menjadi bagian dari tentara Shalahuddin al-Ayyubi.

Madrasah berikutnya ialah yang didirikan Syekh Abu Madyan Syuaib bin Husain al-Andalusi. Mursyid tersebut hidup di wilayah Sevilla, Andalusia. Ahli fikih mazhab Maliki itu mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya di Maghribi (Maroko), mengajarkan ilmu dan hikmah, serta berlaku zuhud hingga akhir hayatnya.

Masih banyak madrasah lain yang dicatat baik oleh ash-Shallabi maupun al-Kilani. Misalnya, madrasah Rislan al-Ja'bari, madrasah Uqail al-Manihi, madrasah Syekh Ali bin al-Haiti, serta madrasah Syekh Baqa bin Bathu.

Berita terkait

Berita Lainnya