Lebak Target Turunkan Prevalensi Stunting di Bawah 14 Persen
Kukuhkan camat, danramil, dan kapolsek jadi bapak asuh demi tekan kasus stunting.
REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi mengikutsertakan seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Lebak untuk terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting. Wakil Bupati yang juga ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di Kabupaten Lebak itu mengukuhkan seluruh camat, komandan rayon militer (danramil), dan kepala kepolisian sektor (kapolsek) menjadi Bapak Asuh dan Bunda Asuh Anak Stunting.
“Saya sudah keliling di seluruh desa dan melihat sendiri kondisi stunting yang ada. Karena itu, salah satu solusi untuk upaya percepatan penurunan stunting ini adalah melibatkan para camat, danramil, kapolsek. Mereka kita kukuhkan sebagai Bapak Asuh Anak Stunting. Demikian juga istrinya camat, istrinya danramil, dan istrinya kapolsek juga dikukuhkan sebagai Bunda Asuh Bapak Stunting,” kata Ade, Senin (26/9/2022).
Ade mengatakan, persoalan stunting merupakan persoalan besar apabila tidak segera ditangani yang tentunya akan menjadi beban bagi negara. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi anak stunting di Lebak sebesar 27,5 persen. Artinya, dari 100 anak yang ada di Lebak, 27 di antaranya mengalami stunting. Hal ini menyebabkan Kabupaten Lebak menjadi kabupaten dengan peringkat kedua terbanyak kasus stunting di Provinsi Banten.
Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan yang dibagi lagi atas 340 desa dan lima kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung yang berada di bagian utara wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur kereta api Jakarta-Merak.
Selanjutnya Ade menegaskan, prevalensi stunting harus diselesaikan dari hulu hingga hilir. Di antaranya dengan memberikan pil penambah darah kepada remaja perempuan hingga ibu hamil serta asupan gizi yang baik.
“Penanganannya dilakukan dari hulu sampai dengan hilir. Artinya pencegahan stunting dilakukan mulai dari calon pengantin sampai dengan bayi berusia dua tahun dan tentunya ada keterlibatan dari lintas sektor untuk sama-sama mengawal percepatan penurunan stunting sampai dengan 14 persen,” kata Ade.
“Kita langsung terjun ke bawah sampai ke tingkatan desa. Maka yang pertama bagaimana kita melibatkan para camat, danramil untuk diangkat sebagai bapak dan ibu asuh, juga ketua PKK kecamatan diangkat jadi ibu asuh stunting. Tujuannya mengajak warga, jangan sampai stunting dianggap sepele,” ujar Ade.
Selain itu, edukasi juga menjadi penting untuk mengubah pola pikir masyarakat sehingga mereka memiliki pemahaman yang baik mengenai dampak buruk stunting. “Lalu kita undang pengusaha kamu mau lakukan apa. Alhamdulilah sudah ada satu perusahaan memberikan telur kepada warga yang berisiko stunting dua butir sehari selama enam bulan di enam kecamatan. Nanti itu juga akan terus menerus,” kata Ade.
Ade pun mematok target stunting di Lebak akan turun di bawah 14 persen jika masyarakat, pengusaha, dan pemerintah saling berkolaborasi dalam upaya percepatan penurunan stunting. “Targetnya Lebak ini zero stunting (stunting nol). Karena itu di 2024, targetnya di bawah 14 persen. Bisa 10 persen atau 12 persen,” tegas Ade.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Banten Dadi Ahmad Roswandi mengapresiasi atas dikukuhkannya seluruh danramil se-Kabupaten Lebak, kapolsek se-Kab Lebak dan seluruh camat di Kabupaten menjadi Bapak Asuh Anak Stunting dan Ketua TP PKK Kabupaten Lebak sebagai Bunda Asuh Anak Stunting serta Gerakan Jumat "Serius" sebagai inovasi Kabupaten Lebak untuk menekan jumlah anak stunting di Kabupaten Lebak.
Dadi menyampaikan Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) merupakan salah satu program BKKBN guna meningkatkan gizi melalui pemberian makanan bergizi kepada keluarga risiko stunting. Dadi juga menyebut BAAS merupakan bentuk kepedulian sosial dan role model yang dapat dicontoh oleh para birokrat, pengusaha, tokoh masyarakat, dan berbagai kalangan sebagai salah satu upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Lebak.
Dadi juga berharap masyarakat ikut tergerak untuk menyisihkan sebagian rezekinya sehingga dapat bergabung menjadi Bapak/Bunda Asuh Stunting. Dana tersebut nantinya akan disalurkan melalui Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) untuk menyediakan makanan sehat bergizi kepada keluarga risiko stunting.
Dadi juga terus mendorong kabupaten/kota lainnya agar mampu menciptakan inovasi bermuatan lokal seperti yang dilakukan oleh Kabupaten Lebak "Jumat Serius" sebagai salah satu upaya dalam percepatan penurunan stunting di wilayahnya masing-masing. Sebelumnya pada 15 September lalu, Wakil Bupati Lebak Ade Sumardi mengukuhkan seluruh camat, danramil, dan kapolsek se-Kabupaten Lebak menjadi Bapak Asuh dan Bunda Asuh Anak Stunting pada kegiatan Rekonsialiasi Pecepatan Penurunan Stunting Kabupaten Lebak di Aula Multatuli Setda Lebak.
Selain Bapak Asuh Anak Stunting, Wakil Bupati Lebak sekaligus Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Lebak ini juga mengukuhkan Ketua TP PKK Kabupaten Lebak Ani Sumardi sebagai Bunda Asuh Anak Stunting. Hadir pada kesempatan tersebut Forkompinda Kab Lebak, Muspika Kab Lebak, Kepala OPD se-Kab Lebak, Ketua Baznas Kabupaten Lebak, Ketua IPeKB Provinsi Banten, serta Tim Percepatan Penurunan Stunting (TTPS) dan Koordinatot Satgas Provinsi Banten.