Kolaborasi Jadi Kunci Khofifah Mewujudkan UMKM Naik Kelas

Sinergi mewujudkan UMKM yang semakin tumbuh dan tangguh sangat diperlukan.

ANTARA/Trisnadi Marjan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kanan) membatik di stand pameran UMKM usai mengikuti gowes bersama komunitas di Jember, Jawa Timur, Sabtu (18/6/2022). Gubernur Jawa Timur mengikuti gowes bersama komunitas usai melepas acara Super Road Bike dalam rangkaian Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII Jawa Timur 2022.
Rep: Dadang Kurnia Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SIDOARJO -- Sinergitas berbagai pihak terus digaungkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, untuk mewujudkan terciptanya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah setempat. Penguatan sinergi dan kolaborasi diharapkannya menjadi bagian penguatan energi, dalam mendorong UMKM di Jatim lebih naik kelas.

Baca Juga


Gubernur perempuan pertama di Jatim itu menekankan, sinergi mewujudkan UMKM yang semakin tumbuh dan tangguh sangat diperlukan. Kuncinya adalah konsep 'pentahelix collaboration' yang melibatkan pemerintah, dunia bisnis, komunitas, perguruan tinggi, media, dan sektor keuangan.

"Ini menjadi kunci dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM Jawa Timur," kata Khofifah saat menghadiri Ffestival UMKM Kemenkeu Satu Jawa Timur bertajuk "UMKM Jatim bangkit, Ekonomi Melejit," di Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jawa Timur, Sidoarjo, Rabu (28/9).

Sinergi dan kolaborasi berbagai pihak diakuinya terbukti meningkatkan kontribusi koperasi dan UMKM terhadap ekonomi Jawa Timur. Pada 2021, koperasi dan UMKM Jatim memberikan kontribusi sebesar 57,81 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim atau setara Rp 1.419 triliun. 

Catatan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan kondisi di 2020 yang berada di angka Rp 1.361 triliun, dengan kontribusi sebesar 57,25 persen. Peningkatan tersebut, kata Khofifah, semakin menegaskan koperasi dan UMKM menjadi tulang punggung ekonomi Jawa Timur.

Tidak saja Jawa Timur, secara nasional pun UMKM masih menjadi penopang ekonomi utama. Dimana berdasarkan data Kementerian UMKM, jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai 64 juta unit, berkontribusi sebesar 61 persen terhadap PDRb atau senilai Rp 574 triliun.

"Jumlah yang sangat signifikan, maka dampaknya juga besar. Jadi UMKM merupakan salah satu motor penggerak ekonomi kita," ujar Khofifah.

Mantan Mensos itu pun menjelaskan, dalam mendukung aspek pemberdayaan koperasi dan UMKM, Pemprov Jatim telah menjalankan berbagai program dengan pendekatan lima aspek pemberdayaan. Yaitu penguatan kelembagaan dan SDM, peningkatan kualitas produk, perluasan akses pembiayaan, serta pemasaran. 

Khusus akselerasi pemasaran produk dan mendorong digitalisasi koperasi dan UMKM, Pemprov Jatim berkolaborasi dengan sejumlah platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Gojek, dan Grab. Bahkan sudah ada Kampus UMKM Shopee Ekspor yang ada di UPT Pelatihan Koperasi dan UKM yang bertempat di Malang.

"Proses literasi digital juga dilakukan sangat detail bagaimana cara memotret, hingga diajarkan bagaimana live streaming cara memasarkan produk sistem managemen FIFO (first in first out)" kata Khofifah.

Kemudian, dalam hal sertifikasi halal, Pemprov Jatim mengkoordinasikan dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) secara rutin. Maskipun masih kerap ditemuian beberapa kendala. Kendala itu lah yang menyebabkan sulit melakukan percepatan layanan seperti yang ditargetkan pemerintah pusat.

Dalam hal penekanan pentingnya literasi digital bagi pelaku UMKM, Pemprov Jatim dibantu Bank Indonesia telah menyiapkan rumah kurasi. Tugasnya untuk mengkurasi produk-produk UMKM, sehingga standarnya meningkat dan mudah diterima pasar dunia. "Kita membutuhkan lebih banyak lagi rumah kurasi dan format-format pelatihan seperti itu supaya standardisasinya juga semakin bagus," ujarnya.

Salah satu pelaku UMKM produk minuman sarang burung walet, Uly Sarojah mengungkapkan betapa banyaknya program pemerintah yang bisa dimanfaatkan pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya. Uly bercerita, ketika usahanya menjual sepatu mengalami gulung tikar akibat badai pandemi Covid-19, ia mencoba mencari peluang lain agar bisa segera bangkit.

Kemudian muncul lah ide menjual asupan produk minuman kesehatan. Setelah melakukan riset dan penelitian, ditemukan peluang untuk mengolah dan menjual minuman sarang burung walet. “Saat itu banyak orang belum paham khasiatnya. Makanya awalny sulit mencari pasar," kata Uly.

Apalagi, lanjut Uly, saat itu usahanya belum memiliki perizinan dan persyaratan kainnya. Uly pun mencoba mengakses program pengembangan yang disediakan Dinas Koperasi Kabupaten Gresik. Berbagai ilmu yang diperoleh dari perogram tersebut mendorong penjualan produknya sedikit demi sedikit mulai menemukan titik terang.

"Dibantu pula pembuatan kelengkapan izin legalitas dan mencari market," kata Uly. 

Usaha minuman sarang burung walet Uly semakin meningkat ketika dirinya dibantu Bea Cukai Gresik. Melalui program klinik ekspor, Uly dibantu membuat NIB untuk bisa memasarkan produk ke luar negeri. Hasilnya, beberapa negara seperti Hongkong, Cina, Singapura, dan Jepang tertarik dengan produk minuman sarang burung walet. 

"Melalui bisnis matching, buyer asal Hongkong tertarik dengan produk kami. Oktober 2021, kami ekspor ke Hongkong dengan transaksi senilai Rp 800 Juta. Saat ini proses ke negara Jepang," ucap Uly.

Selain dibantu NIB ekspor, Uly mengaku ada beberapa hal yang dibantu bea cukai Gresik, yakni pengurusan BPOM dan meningkatkan kualitas produk. "Termasuk packaging yang sangat mempengaruhi minat pembeli di Hongkong dan Alhamdulillah diterima," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler