Jokowi Kesal Indonesia Masih Impor Aspal

Dengan potensi besar Jokowi yakin industrialisasi hilirisasi aspal bisa dilakukan

ANTARA/jojon
Presiden Joko Widodo (kedua kanan), meninjau pabrik Aspal Buton di Kecamatan Lawele, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sangat kesal Indonesia masih melakukan impor berbagai komoditas yang masih bisa dihasilkan di dalam negeri. Ia mencontohkan, Indonesia masih mengimpor aspal yang mencapai 5 juta ton per tahunnya.
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sangat kesal Indonesia masih melakukan impor berbagai komoditas yang masih bisa dihasilkan di dalam negeri. Ia mencontohkan, Indonesia masih mengimpor aspal yang mencapai 5 juta ton per tahunnya.


Padahal, Indonesia memiliki potensi aspal yang sangat besar di Buton, Sulawesi Tenggara yang mencapai 662 juta ton. Hal ini disampaikan Jokowi saat peluncuran gerakan kemitraan inklusif untuk UMKM naik kelas di gedung SMESCO, Jakarta, Senin (3/10).

“Dan yang saya paling tidak senang, kalau di dalam negeri ada, kita masih impor. Baik ini produk dari usaha kecil dan juga dari usaha besar. Saya berikan contoh, minggu lalu saya ke Sulawesi Tenggara, ke Buton. Di sana ada deposit aspal itu 662 juta ton yang masih dalam proses hilirisasi industrialisasi, bisa menengah atau usaha kecil atau usaha besar,” ujarnya.

Sayangnya, kata dia, baru ada satu perusahaan aspal yang beroperasi untuk mengolah aspal di Buton. Jokowi mengatakan, industrialisasi hilirisasi aspal ini bisa dilakukan baik oleh perusahaan kecil, menengah, ataupun besar.

“Tapi belum, baru satu perusahaan. Aspal kita sekali lagi 662 juta ton. Kita malah impor setahun 5 juta ton,” kata dia.

Karena itu, Jokowi menekankan agar tak ada lagi impor komoditas yang bisa diproduksi di dalam negeri. Ia kemudian mencontohkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil panen jagung sehingga impor pun dapat ditekan.

Melalui pendampingan yang dilakukan pihak swasta terhadap para petani, produksi jagung mulai meningkat. Jokowi mengatakan, sudah tujuh tahun terakhir ini, jumlah impor jagung semakin menurun menjadi 800 ribu ton per tahun dari sebelumnya yang mencapai 3,5 juta ton per tahun.

“Karena apa? Petani jagung ada yang mendampingi, petani jagung ada yang mengawal. Yang tadi disampaikan di depan, biasanya 1 hektare hanya 4 ton, sekarang 1 hektare bisa 8 ton. Ongkos produksi paling 1.800-1.900 itu yang saya tahu waktu saya ke Dompu, jualnya bisa 3.800 per kg, untungnya sudah 100 persen,” jelas dia.

Karena itu, Jokowi mendorong agar pengusaha besar, menengah, dan kecil bisa berkolaborasi dan bermitra dengan UMKM. Perusahaan-perusahaan besar pun harus memberikan pembinaan terhadap UMKM di sekitar lingkungannya.

“Itu menjadi tugas perusahaan-perusahaan besar kita. Jangan sampai ada perusahaan besar berada di sebuah daerah, pabriknya kelihatan tinggi-tinggi dan besar sekali, lingkungannya miskin. Hati-hati. Bina lingkungan itu sangat penting, warung-warungnya kumuh, kenapa tidak seperti yang di depan tadi. Ada pembinaan warung-warung sehingga penataan barangnya baik, packaging dari produk-produk yang ada didampingi,” ujar Jokowi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler