Dihadapkan 2 Pilihan Agama Besar, Mualaf Anita Yuanita Lebih Memilih Islam

Mualaf Anita Yuanita menemukan kenyaman dalam agama Islam

Harian Republika
Anita Yuanita. Mualaf Anita Yuanita menemukan kenyaman dalam agama Islam
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Anita Yuanita (28 tahun) merupakan gadis yang berasal dari suku Tengger, tepatnya Tosari, Pasuruan, Jawa Timur.  Anita tinggal di lingkungan dengan mayoritas non-Muslim. 

Baca Juga


Tetapi sejak kecil dia bersekolah di sekolah negeri dengan latar belakang agama yang bermacam-macam sehingga tidak heran jika dia mengenal agama Islam sejak kecil.  

Bahkan teman-teman bermain di sekolah pun semuanya Muslim. Pemahaman agama mulai dirasakannya ketika menginjak jenjang SMP. 

Sejak SD ketika ada pelajaran agama biasanya siswa yang berbeda agama belajar agama di tempat yang berbeda. Memisahkan diri dari kelas karena mayoritas Islam.  

Hingga di SMP aturan ini tetap berlaku, hanya saja satu ketika guru agama Islam tidak masuk kelas sehingga meski berbeda agama mereka tetap belajar di satu kelas yang sama.  

Anita kemudian memperhatikan teman-temannya yang sedang mempelajari materi agama Islam. Dan tertarik untuk membaca buku pelajaran mereka. 

Selain itu ketika sholat wajib tiba, biasanya Anita juga ikut menemani temannya yang melaksanakan sholat lima waktu. 

Melihat mereka menjalankan kewajiban umat Islam ini, membuat hati Anita tergugah. 

Baca juga: Mualaf Sujiman, Pembenci Adzan dan Muslim yang Diperlihatkan Alam Kematian 

Anita melihat ketenangan yang dirasakan teman-temannya usai menjalankan sholat lima waktu. Dan hal ini dia lihat hingga perguruan tinggi, dimana dia tetap berteman dengan banyak Muslim.  

"Sejak saya mengenal Islam, saya ingin mengetahui tentang agama lain. Terutama dua agama besar yang ada di Indonesia. Namun Islam lebih menarik bagi saya," ujar dia dalam siaran youtube Mualaf Center Aya Sofia.  

Anita tidak memungkiri bahwa pengaruh lingkungan menjadi andil besar dalam ketertarikannya dengan agama Islam. Sejak SMP, sedikit demi sedikit dia mempelajari Islam dan berniat untuk masuk Islam hanya saja saat itu Anita belum bisa memberanikan diri. 

Mengingat kembali ketika di agama sebelumnya, Anita menuturkan bahwa ada perbedaan ketika beribadah di agama lamanya dengan Islam. Ini bukan berarti dia membanding-bandingkan agama.  

Anita merasa lebih bersemangat menjalankan sholat lima waktu padahal waktu ibadah dalam sehari lebih banyak dibandingkan ibadah di agama sebelumnya. Dan di agama lalunya Anita tidak terlalu bersemangat meski hanya tiga kali sehari. 

Sebelum bersyahadat, Anita yang kini telah bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jawa Timur, menceritakan niatnya untuk memeluk Islam kepada orang tuanya. 

Setelah menjelaskan niat dan alasan dia memeluk Islam, kedua orang tuanya pun merestui keinginannya. 

Satu pesan orang tua kepada dirinya bahwa Anita harus bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. Termasuk menjalankan kewajiban sebagau seorang Muslim sepenuhnya.  

Anita pun mencertiakan bahwa ayahnya bukanlah seorang yang fanatik agama. Apalagi di keluarganya tidak hanya satu agama saja dan mereka hidup dengan rukun.  

“Yang paling pemting adalah ketika ada acara keluarga saya harus menghargai perbedaan yang ada,"ujar dia. 

Meski Anita tidak mengetahui secara mendalam tentang Islam, dia akan berusaha untuk terus mendalaminya. Sebelum bersyahadat dia hanya mengetahui seputar kisah Nabi Muhammad SAW dan rukun Islam saja.  

Dia menjelaskan rukun Islam itu ada lima  yakni sebagai umat Islam harus menjalankan syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji. 

Dan untuk rukun Islam pertama, yakni mengucapkan syahadat Anita dibimbing langsung oleh pimpinan Mualaf Center Aya Sofia Ustaz Ipung Atria, Juli 2021 di kantor  MCN Aya Sofya di Malang.  

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah," syahadat pertama Anita.  

Usai bersyahadat Anita pun dianjurkan agar keIslamannya diketahui masyarakat dan diakui pemerintah, hingga dapat dicantumkan dalam identitas diri, maka dia pun bersyahadat di depan ulama dan saksi untuk mendapatkan sertifikat sebagai tanda bukti. 

Hal tersebut juga bertujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan seputar hak beragama bagi warga negara di Indonesia.  

 

Anita yang kini sebagai seorang muslimah diharapkan dapat menjadi muslimah yang bisa menjadi contoh dan merepresentasikan umat Islam. Karena kebanyakan orang pasti memandang bahwa akhlak atau tingkah laku dalam diri umat Islam itu mewakili agama Islam.      

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler