Ramai-ramai Minimalkan Jejak Sampah Plastik
Beberapa perusahaan teknologi mengusung program zero waste untuk membantu mengurangi sampah.
Berdasarkan data yang dilansir oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK) (2020), 80 persen sampah di laut berasal dari daratan. Dari 364,5 ton sampah per hari, sekitar dua per tiga di antaranya berasal dari Jawa dan Sumatera.
Berbagai upaya pun dilakukan oleh berbagai pihak, untuk mengurangi penimbunan sampah, di antaranya:
1. Dayaguna ulang sampah kemasan pangan
Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah per tahunnya. Adapun sebanyak lima persennya, atau 3,2 juta ton merupakan sampah plastik.
Dari timbunan sampah plastik, produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bermerek menyumbang 226 ribu ton atau 7,06 persen. Sementara itu, 46 ribu ton atau 20,3 persen dari total timbulan sampah produk AMDK bermerek merupakan sampah AMDK kemasan gelas plastik.
Wacana untuk mendayagunakan ulang kemasan air minum, dalam hal ini galon air minum pun terus dikaji. Peneliti sekaligus dosen di Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia (UI) Dr Agustino Zulys MSc mengungkapkan, hingga kini belum penelitian yang membuktikan bahwa air dalam kemasan galon berbahan polikarbonat berbahaya bagi kesehatan.
Menurutnya, untuk meneliti migrasi Bisfenol A (BPA) dari kemasan ke dalam airnya itu, analisisnya harus betul-betul menggunakan alat-alat yang cukup sensitif dan akurat atau valid. Agus mengatakan, terkait BPA dalam air minum dalam kemasan (AMDK) galon polikarbonat, belum bisa secara hukum dikatakan berbahaya atau tidak.
Hal itu karena acuan di Indonesia sendiri itu juga belum ada. Terkait kemungkinan BPA bermigrasi dalam suhu ruangan, dia mengatakan perlu diteliti lebih lanjut lagi mengenai bagaimana mekanisme pelepasannya itu sendiri.
Senada, Pakar Teknologi Produk Polimer/Plastik yang juga Kepala Laboratorium Green Polymer Technology Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Prof Dr Mochamad Chalid, SSi MSc Eng, menegaskan kemasan galon berbahan polikarbonat secara desain material bahan bakunya relatif aman untuk air minum. Menurutnya, produsen pasti telah melakukan antisipasi terkait hal itu, sebelum diedaerkan ke masyarakat.
Namun, Chalid meyakini, setiap kemasan pangan pasti sudah terlebih dahulu diuji Memang tidak mudah mengendalikan oleh pihak-pihak terkait, baik itu oleh Kemenperin maupun BPOM.
2. Sampah elektronik
Perusahaan teknologi Logitech terus berupaya berkontribusi dalam upaya menekan jejak karbonnya dengan melahirkan produk yang minim jejak lingkungan. Salah satunya, adalah komponen plastik di keyboard tetbarunya yang rilis pada pertengahan Agustus 2022, Signature K650.
Perangkat ini mencakup plastik daur ulang pascakonsumen bersertifikat sebesar 28 persen untuk graphite dan 21 persen untuk warna off-white. Serifikat ini hadir untuk memberikan masa pakai kedua dari plastik elektronik konsumen yang lama dan membantu mengurangi jejak karbon.
Karena jejak karbon Signature K650 Wireless Comfort Keyboard ini juga berpotensi menjadi nol karena logitech juga telah melakukan studi untuk menekan dampak residu dengan mendukung kehutanan, energi terbarukan, dan memberikan dukungan pada komunitas yang terkena dampak iklim.
3. Sampah belanja daring
Data Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa 60 persen sampah berakhir di tempat pembuangan akhir. Dengan 30 persen di antaranya tidak terkelola, dan hanya 10 persen yang berhasil di daur ulang. Sampah yang tidak berhasil di daur ulang dan menumpuk di udara terbuka berdampak pada perubahan iklim dan pemanasan global.
Dengan jumlah UMKM yang ditargetkan mencapai 14,5 juta tahun ini, kegiatan bisnis di sektor ini tentu berkorelasi emisi dan sampah yang dihasilkan. Berangkat dari kondisi tersebut, Sirclo, perusahaan omnichannel commerce di Indonesia, menginisiasi program pengelolaan sampah dari UMKM yang berada dalam ekosistemnya menjadi barang daur ulang dan bernilai ekonomi.
Inisiatif ini digelar bersama denga MallSampah, sebuah platform end-to-end pengelolaan sampah atau limbah menjadi barang daur ulang yang produktif dan bernilai ekonomi.
Program ini bermula dari digitalisasi ekonomi sirkular yang dilakukan dengan mengumpulkan sampah hingga daur ulang Setiap proses dalam inisiatif ini didukung oleh teknologi dari MallSampah untuk mengetahui jejak pengelolaan sampah, kapan dan dimana pengambilannya, berapa lama proses daur ulang, hingga hasil dari daur ulang sampah tersebut.