Botol Plastik Sumbang Sampah Terbanyak di Ciliwung
Botol plastik merek ternama menyumbang 40,4 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Brand Audit Sampah Plastik yang menggandeng relawan lingkungan pada 22-27 September 2022 di 11 kelurahan Kota Bogor yang dilintasi aliran Sungai Ciliwung, menemukan, ada merek ternama di posisi pertama sebagai penyumbang plastik terbesar di bantaran Sungai Ciliwung. Sampah plastik ini dikumpulkan dari rumah-rumah warga dan sepanjang bantaran Sungai Ciliwung.
Botol plastik merek ternama menyumbang 40,4 persen, mengalahkan merek perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) lainnya. Ditemukan pula sampah lain, berupa kopi saset, plastik mi instan, deterjen pewangi dan sabun cuci, sampo, hingga pasta gigi.
Temuan sampah botol plastik itu mendapat perhatian khusus dari peserta diskusi bertema 'Brand Audit Sampah Plastik di Bantaran Sungai Ciliwung Wilayah Kota Bogor' yang dilanjutkan diskusi 'Ciliwung Milik Kita' di Kota Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Dorongan agar botol dan gelas plastik diperbesar (Size up) agar mudah dikelola supaya tidak tercecer dan gampang didaur ulang pun mengemuka. "Botol air mineral itu harus segera dihentikan produksinya (phase out), minimal ukuran botol yang diizinkan di pasaran nantinya hanya yang berukuran satu liter," kata Idham Arsyad, perwakilan dari Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), salah satu narasumber dalam acara bincang-bicang tersebut dalam siaran pers di Jakarta, Senin (10/10/2022).
Temuan dari hasil brand audit itu sejalan dengan data persampahan di Indonesia. Berdasarkan data, gelas plastik (berikut sedotan) dan botol air mineral ikut mendongkrak volume sampah plastik sebesar 11,6 juta ton atau 17 persen dari total produksi sampah nasional di Indonesia pada 2021. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dari satu dekade sebelumnya.
Di samping itu, produksi AMDK gelas plastik tercatat sebesar 10,4 miliar setiap tahun. Pada segmen ini, produsen ternama AMDK berkontribusi pada timbulan 5.300 ton sampah gelas plastik per tahun. Sampah industri AMDK juga berasal dari botol plastik yang produksinya mencapai 5,5 miliar botol per tahun. Timbulan sampah botol plastik tercatat 83 ribu ton, atau hampir separuh timbulan sampah plastik industri AMDK. Separuh dari timbulan sampah botol ini merupakan sampah market leader AMDK.
Dalam acara yang sama, Kasubdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik, mengatakan, berdasarkan Peta Jalan Pengurangan Sampah KLHK 2020-2029, memang ada sejumlah item plastik ukuran kecil yang sudah tidak boleh lagi diproduksi pada 2029. Produk plastik yang secara bertahap harus sudah dihentikan produksinya antara lain kemasan sachet kecil, sedotan plastik di restoran, kafe, dan hotel.
Menurut dia, produsen AMDK juga harus sudah mulai bertanggungjawab, misalnya dengan menarik kembali botol-botol plastik untuk didaur ulang di bank-bank sampah. "Termasuk juga sedotan plastik yang menempel pada minuman, dan juga wadah sytrofoam," kata Ujang.