Dua Kondisi Korban Tragedi Kanjuruhan Masih Labil
Direktur RSSA Malang sebut dua kondisi korban Tragedi Kanjuruhan masih labil.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, dr. Kohar Hari Santoso mengungkapkan masih adanya dua pasien korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang kondisinya masih labil, bahkan cenderung menurun. Kedua pasien tersebut, kata Kohar, hingga saat ini kesadarannya belum juga membaik lantaran mengalami cidera di bagian kepala.
"Ada dua yang lagi kondisinya yang masih sangat-sangat labil, karena kesadaran belum balik karena cidera di kepala," kata Kohar di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (12/10).
Kohar melanjutkan, secara keseluruhan masih ada lima pasien korban kerusuhan Kanjuruhan yang menjalani perawatan di ruang ICU RSSA Malang. Berkurang setelah adanya pasien yang meninggal beberapa hari lalu, sehingga secara keseluruhan jumlah korban meninggal menjadi 132 orang.
Kohar pun mengungkapkan penyebab meninggalnya pasien tersebut. Kohar menjelaskan, yang bersangkutan mengalami trauma di pinggang dan mengalami pendarahan. Kohar mengaku, pihaknya sudah berupaya maksimal untuk menolong dan melakukan pengobatan, namun nyawa sang pasien tetap tidak tertolong.
"Jadi pasien ini trauma di pinggang dan mengalami pendarahan. Sudah kami lakukan perbaikan tetapi syoknya berkepanjangan, kemudian timbul penyulit-penyulut yang lain. Trauma karena benturan," ujarnya.
Kohar mengakui banyak korban tragedi kerusuhan Kanjuruhan yang mengalami gangguan penglihatan berupa mata merah. Namun, ia belum berani memastikan apakah hal tersebut disebabkan oleh semprotan gas air mata.
"Secara umum tergantung jenis gas air matanya. Gas air memberikan iritasi mata dan kulit. Ada berbagai kemungkinan karena difoksid yang berat atau iritasi langsung dari gas air mata," kata Kohar.