BI: Pelaku UMKM Perlu Perkuat Inovasi Digital

Kapasitas UMKM dibangun end-to-end dan berfokus pada digitalisasi.

Dok. BI Purwokerto
International Conference Sustainable Competitive Advantage (SCA), Colloquium, and Call For Papers yang mengusung tema Recover Stronger: Empowering MSME Productivity, Inclusive Growth and Innovation in The Digital Age yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman berkolaborasi dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rabu (12/10/22).
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus terus diperkuat dan didukung dengan pemanfaatan teknologi digital untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi produk.

Hal ini yang disampaikan pembicara dalam International Conference Sustainable Competitive Advantage (SCA), Colloquium, and Call For Papers yang mengusung tema Recover Stronger: Empowering MSME Productivity, Inclusive Growth and Innovation in The Digital Age yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman berkolaborasi dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto.

Acara dibuka oleh Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Prof Akhmad Sodiq, dan dilanjutkan dengan penyampaian keynote speech dari Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni P Joewono,  dan Astera Primanto Bhakti selaku Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan.

Materi yang disampaikan oleh narasumber berkaitan dampak pandemi terhadap kinerja UMKM, strategi marketing 5.0, dan pentingnya dukungan Pemerintah dalam mendorong pemulihan UMKM.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni P Joewono menyampaikan, tingginya biaya logistik dan kenaikan harga bahan baku menjadi kendala utama kinerja UMKM.

"Tiga strategi utama yang dapat dilakukan UMKM agar dapat berkembang dalam uncertain condition adalah dengan mendorong adopsi digital, inklusi keuangan UMKM, dan sinergi antar pemangku kebijakan," ujar Doni.

Dikatakan bahwa BI terus memperluas dan memperkuat program pengembangan UMKM melalui korporatisasi, peningkatan kapasitas, serta fasilitas akses keuangan untuk meningkatkan daya saing UMKM yang produktif, inovatif, dan adaptif. Kapasitas UMKM dibangun end-to-end dan upayanya akan berfokus pada digitalisasi untuk mempromosikan produksi, manajemen keuangan, dan pasar yang lebih baik melalui perluasan akses.

"Bagi banyak UMKM, pandemi Covid-19 bukanlah situasi yang akan membuat mereka menyerah, melainkan sebuah momentum bagi mereka untuk membuktikan bahwa mereka bisa bertahan dengan mengadaptasi diri dengan dunia digital," katanya.

Ia mengungkapkan, perkembangan terakhir per Juni 2022, sebanyak 19,5 juta UMKM atau 30,4 persen dari total jumlah UMKM telah hadir di platform e-commerce. Pemerintah telah menargetkan 30 juta UMKM akan go digital pada 2024, dengan menggandeng swasta untuk digital program dan pelatihan terkait teknologi.

Agar UMKM berkelanjutan, tidak hanya perlu adaptasi digital, melainkan juga kreativitas dan inovasi yang dapat menghubungkan UMKM ke pasar global.

"Sangat penting bahwa UMKM dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan standar pasar global dan ciptakan inovasi baru untuk memungkinkan produknya berkembang dengan cepat," kata Doni.

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Astera Primanto Bakti, menekankan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional karena kontribusinya yang sangat besar dalam menahan keruntuhan ekonomi seperti penyediaan bahan pangan untuk seluruh masyarakat.

"Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung kinerja UMKM melalui beberapa kebijakan anggaran," kata Astera.

Selain itu, faktor human baik dari sisi kreativitas, inovasi entrepreneurship dan leadership pelaku UMKM harus diperkuat dan didukung dengan pemanfaatan teknologi digital.

Penyelenggaraan Sustainable Competitive Advantage (SCA) yang telah memasuki tahun ke-12 merupakan salah satu bentuk kepedulian dan upaya yang dilakukan dalam mendukung pengembangan UMKM sejalan dengan Visi dan Misi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jenderal Soedirman.

Pada tahun ini, seminar dilakukan secara hybrid, yaitu seminar offline yang bertempat di Hotel Java Heritage Purwokerto serta melalui Zoom dan live streaming di platform Youtube. Peserta yang hadir dalam seminar mencapai sekitar 550 orang yang terdiri dari pelaku usaha (khususnya UMKM), pemerintah daerah, akademisi (dosen dan mahasiswa), peneliti nasional dan internasional, serta pemerhati dan pemangku kepentingan UMKM.


Peserta seminar tidak hanya datang dari Purwokerto, tetapi banyak juga yang berasal luar kota, bahkan luar negeri. Seminar SCA t dilanjutkan dengan kegiatan penyajian hasil penelitian dalam bentuk call for paper and colloquium yang diikuti peserta dari kalangan peneliti, akademisi, maupun praktisi dari berbagai institusi.

SCA selalu menghadirkan narasumber yang memiliki kepakaran sesuai dengan topik seminar setiap tahunnya. Pada tahun ini, SCA menghadirkan empat narasumber utama, yaitu Hermawan Kartajaya (Markplus Inc), Prof Ki Chan Kim (Catholic University of Korea), Prof Toshihiro Nakanishi (Teikyo University Jepang), dan Dr Mohamad Farizal Rejemi (University Utara Malaysia).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler