Sidebar

Bencana Hidrometeorologi Kini tak Kenal Musim, Warga Diingatkan Selalu Waspada

Monday, 17 Oct 2022 19:43 WIB
Warga melihat rumah yang terkena longsor akibat banjir bandang di Desa Sondoang, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (14/10/2022). Berdasarkan data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju sebanyak enam rumah hanyut, dua rumah tertimbun longsor, dan 13 rumah rusak berat serta 1.625 kepala keluarga dengan 5.273 jiwa terdampak musibah tersebut. Bencana Hidrometeorologi Kini tak Kenal Musim, Warga Diingatkan Selalu Waspada

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada menghadapi potensi bencana hidrometeorologi sepanjang tahun mengingat kejadiannya kini tidak mengenal musim.

Baca Juga


Dalam acara "Disaster Briefing" diikuti virtual dari Jakarta, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan secara historis bencana hidrometeorologi biasanya terjadi dalam masa peralihan musim.

"Tapi sekarang musim-musim ini tidak normal lagi, kadang Agustus yang seharusnya kemarau kita masih hujan, bahkan intensitasnya tinggi," katanya, Senin (17/10/2022).

"Sehingga kita harus menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan catatan historis seperti ini, tidak ada waktu untuk kita dalam satu tahun itu untuk tidak waspada bencana hidrometeorologi basah," kata Abdul.

BNPB mencatat pada periode 10-16 Oktober 2022 terdapat 76 kejadian bencana yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Semua kejadian tersebut masuk dalam kategori bencana hidrometeorologi basah.

Dalam sepekan terakhir, banjir menjadi salah satu bencana yang banyak terjadi di Indonesia dengan tercatat 36 kejadian. Terjadi pula 23 kejadian cuaca ekstrem seperti puting beliung dan 17 kejadian longsor.

Puluhan kejadian dalam sepekan itu mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dan 10 orang luka-luka. Total terdapat sekitar 70.800 orang yang terdampak kejadian bencana dalam sepekan terakhir.

"Menjadi kewaspadaan kita bersama karena dengan tingginya intensitas hujan, daerah-daerah yang sebelumnya mungkin bukan daerah rawan banjir dan rawan longsor, tapi karena saking tingginya intensitas hujan, tanah yang kita anggap cukup kuat ternyata tidak terlalu kuat menampung debit air," kata Abdul.

Berita terkait

Berita Lainnya