Didukung Grup Jarum, BliBli Punya Prospek Jangka Panjang
Saham BELI dinilai cukup menarik karena didukung ekosistem yang luas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) dijdwalkan akan menggelar penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini. Setelah menjadi perusahaan publik, perusahaan yang mengoperasikan platform e-commerce Bibli ini dinilai memiliki prospek positif untuk jangka panjang.
Seperti diketahui, BELI didukung oleh GDP Venture yang merupakan modal venture Grup Djarum. "Secara prospek BELI memiliki dukungan dari kekuatan group yang besar sehingga berpotensi untuk memiliki prospek fundamental yang baik secara tren jangka panjang," kata FInancial Expert Ajaib Sekuritas, M Julian Fadli, Selasa (18/10/2022).
Selain itu, Julian menilai BELI cukup menarik karena didukung ekosistem yang luas. BELI menyediakan pengalaman konsumen yang terintegrasi baik secara online dan offline, terdapat Blibli.com dan tiket.com.
BELI juga aktif mengoperasikan toko fisik untuk mitra dengan merek terkemuka, termasuk Samsung, VIVO, dan OPPO, serta supermarket barang kebutuhan sehari-hari yang dioperasikan oleh anak perusahaan Perseroan yaitu toko fisik Ranch Market.
Per 31 Desember 2021, menurut Frost & Sullivan, Blibli.com menduduki peringkat pertama dalam kategori makanan segar dan consumer electronics dalam omnichannel B2C, dan peringkat kedua dalam otomotif dan B2B, di antara pelaku e-commerce terkemuka di Indonesia.
BELI berhasil mencatatkan pertumbuhan TPV keseluruhan dari total semua segmen, yaitu Ritel 1P, Ritel 3P, Institusi maupun Toko Fisik. Secara Keseluruhan dari tahun 2020 hingga 2021 TPV tumbuh sebesar 44,7 persen secara tahunan. Adapun sejak tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2021 hingga tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2022 pertumbuhan keseluruhan TPV mencapai 95 persen.
Pertumbuhan TPV sejalan dengan pendapatan bruto menjadi sebesar Rp9,51 triliun, atau meningkat 97,7 persen secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,81 triliun. Adapun pengeluaran untuk diskon dan promosi mengalami penurunan secara tahunan, hasil dari strategi dan fokus BELI yang positif atas monetisasi platform dan optimasi diskon serta promosi langsung secara efektif di segmen ritel, institusi dan toko fisik. Hal tersebut membuat pendapatan neto BELI meningkat menjadi sebesar Rp8,85 triliun, melesat 106 persen secara tahunan dari Rp4,29 triliun.
BELI mencatatkan penurunan EBITDA yang semakin dalam, dari 2020 yang tercatat terkontraksi sebesar Rp3,21 triliun menjadi Rp3,37 triliun di tahun 2021, karena meningkatnya beban pokok pendapatan dan beban penjualan, seiring dengan bertambahnya skala operasional dan penambahan anak perusahaan yang baru diakuisisi BELI. BELI juga mencatatkan kenaikan total aset menjadi sebesar Rp18,3 triliun, meningkat 104 persen secara tahunan dari sebelumnya Rp8,9 triliun.
Di sisi lain, BELI masih mencatatkan kinerja yang negatif. Tercermin pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif yang masih membukukan rugi Rp3,35 triliun, cenderung meningkat dari tahun sebelumnya dengan rugi Rp2,41 triliun.
Walaupun masih memiliki kinerja negatif dari sisi bottom line, BELI berhasil mencatatkan rasio solvabilitas yang membaik, sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan yang positif ke depan. Hal ini tercermin pada penurunan Debt to Asset Ratio (DAR) dari sebelumnya 71,75 persen di tahun 2020 menjadi 45,16 persen di tahun 2021. Selain itu Debt to Equity Ratio (DER) juga mengalami penurunan dari sebelumnya 247,87 persen di tahun 2020 menjadi 82,34 persen di tahun 2021.