Peneliti Ungkap Ada 42 Varian Genetik yang Terkait dengan Disleksia

Peneliti ingatkan pentingnya tes standar dalam mengidentifikasi disleksia.

EPA
Penyanyi Gwen Stefani dan ketiga anaknya menyandang disleksia.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti meyakini bahwa mereka telah mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab untuk disleksia, suatu kondisi yang membuat jutaan orang sulit untuk membaca atau mengeja. Para ilmuwan yang melakukan studi genetik disleksia itu mempublikasikan temuan mereka di jurnal Nature Genetic belum lama ini.

Studi tersebut menemukan 42 gen signifikan saat menganalisis hubungan antara jutaan varian genetik dan disleksia. Para peneliti memiliki akses ke data dari 50 ribu orang dewasa yang menderita disleksia dan sekitar satu juta orang dewasa tanpa penyakit tersebut.

Beberapa gen merupakan faktor utama dalam keterlambatan bicara dan keterampilan berpikir kritis lainnya yang mungkin berperan dalam merusak kinerja akademik seseorang. Lebih dari 30 persen varian genetik yang ditemukan oleh para ilmuwan ditelusuri kembali ke kesulitan kognitif ini, dengan banyak yang dikaitkan dengan fungsi yang penting untuk belajar dan mengembangkan keterampilan.

"Temuan kami menunjukkan bahwa perbedaan genetik umum memiliki efek yang sangat mirip pada anak laki-laki dan perempuan, dan bahwa ada hubungan genetik antara disleksia dan ambidexterity, yakni kemampuan orang dalam menggunakan kedua tangan dengan sama baiknya," ujar penulis utama studi tersebut, Michelle Luciano, yang bekerja di University of Edinburgh for School of Philosophy, Psychology and Language Sciences, seperti dilansir dari laman Fox News, Rabu (26/12/2022).

Baca Juga


Luciano mengatakan hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa disleksia sangat erat kaitannya secara genetik dengan kinerja tes membaca dan mengeja. Temuan itu memperkuat pentingnya tes standar dalam mengidentifikasi disleksia.

Menurut penelitian tersebut, gen yang terkait dengan disleksia juga tampaknya memengaruhi individu yang didiagnosis dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Peserta berbahasa China juga dipengaruhi oleh varian genetik, yang menunjukkan bahwa proses membaca dan menulis tidak terisolasi pada satu bahasa.

Penelitian mengenai genetik dan disleksia ini digulirkan Max Planck Institute for Psycholinguistics, QIMR Berghofer Medical Research Institute di Australia, dan perusahaan AS 23andMe Inc. Mereka juga berkolaborasi dengan University of Edinburgh di Skotlandia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler