Kenya Incar Wisatawan Muslim dengan Festival Maulid Lamu
IHRAM.CO.ID, NAIROBI -- Kenya akan mulai menjual Festival Maulid sebagai objek wisata. Saat ini, negara tersebut tengah berupaya menumbuhkan kedatangan pelancong dan wisatawan Muslim.
Kepala Eksekutif Dewan Pariwisata Kenya (KTB), Betty Radier, mengatakan mereka sedang mempertimbangkan merayu para tamu untuk acara berikutnya di Lamu, maupun festival keagamaan dan budaya lainnya yang dirayakan di seluruh negeri.
“Kami senang Maulid dihidupkan kembali [setelah pandemi]. Kami menantikan untuk merayakan festival budaya Lamu yang besar pada November,” kata Radier dikutip di Business Daily Africa, Kamis (27/10/2022).
Festival tahun ini telah menarik lebih dari 7.000 tamu dari Oman, Kepulauan Komoro, Tanzania, dan Uganda. Adapun Festival Lamu Maulid edisi ke-135 yang baru saja ditutup membawa banyak keuntungan bagi para pebisnis dan warga.
Festival Maulid ditandai setiap tahun oleh umat Islam, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad di kota suci Makkah pada 570 M. Qatar dan Arab Saudi tidak merayakan Maulid, namun beberapa negara mayoritas non-Muslim seperti Ethiopia, India dan Tanzania termasuk yang mengakui Maulid sebagai hari libur umum.
Maulid versi Lamu merupakan acara yang unik di Afrika Timur. Kegiatan ini dirayakan di Masjid Riyadha, lembaga pengajaran Islam yang paling lama berfungsi dan paling berpengaruh di Pantai Afrika Timur.
Di sinilah awal mulanya Habib Swaleh membuat kegiatan perayaan Maulid pada 1866. Swaleh adalah seorang warga Arab yang mereformasi ritual keagamaan menjadi sebuah festival.
Pengelola hotel, operator kapal, operator pemandu wisata, pemilik butik dan pedagang asongan termasuk di antara pihak yang untung besar dari terselenggaranya festival Maulid tahun ini. Mohamed Mwai dari Modern Safaris and Tours, sebuah agen pemesanan perjalanan udara yang berbasis di Lamu, mengatakan maskapai penerbangan penuh dipesan selama minggu festival Maulid. Pemesanan dilakukan oleh pelanggan yang sebagian besar berasal dari Nairobi, Nakuru, Naivasha, Kisumu, Mombasa dan Malindi.
Pulau Lamu adalah tujuan wisata utama dengan sekitar 30 ribu wisatawan pengunjung setiap tahunnya. Seorang pemilik restoran di Kota Lamu, Shekuwe Bwanamkuu, mengatakan dalam tiga hari festival dia berhasil mendapat untung sekitar 30.000 Shilling Kenya atau sekitar Rp 3,8 juta.
"Ini adalah jumlah yang biasanya saya hasilkan dalam satu atau dua bulan penuh. Kami membutuhkan festival seperti itu sering diselenggarakan," kata Bwanamkuu.
Di sisi lain, Abdallah Twalib selaku seorang operator perahu mengatakan festival itu mendorong bisnis transportasi air, karena masuknya wisatawan. Pada hari-hari biasa, dia hanya melakukan tiga hingga empat perjalanan sehari. Tetapi selama tiga hari Festival Maulid, dia melakukan delapan hingga sepuluh perjalanan sehari.
“Kami menghasilkan uang dengan cepat hanya dalam tiga hari Maulid. Permintaan transportasi kapal tinggi, berarti lebih banyak uang bagi kami,” ujarnya.
Pengunjung yang datang dari Mpeketoni, Hindi, Mokowe di daratan, serta pulau-pulau terpencil Kizingitini, Faza, Pate, dan Mkokoni juga menghasilkan banyak uang dengan menjual makanan Swahili seperti kentang panggang, sate sapi panggang (mishkaki), air kelapa (madafu) dan makanan laut.
Peserta festival Maulid dihibur dengan tarian tradisional, antara lain Goma, Kirumbizi, Twari la Ndiya, tarian tradisional asal Pulau Pate, sekaligus tari Uta. Pengunjung juga menyaksikan lomba keledai, dhow, dan lomba renang yang terkenal di kawasan pinggir laut Lamu pada Kamis, dilanjutkan dengan prosesi pada hari Jumat sore. Puncak acara Maulid Festival antara lain Hafalan Alquran di Lapangan Masjid Riyadha, serta Alun-Alun Mkunguni pada Jumat malam.