Dinas Peternakan Jatim Diminta Waspadai Wabah Lumpy Skin

Gejala LSD telah ditemukan pada beberapa sapi dan kerbau di Jateng dan Sumatra

Kementan
Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, Daniel Rohi meminta Dinas Peternakan di wilayah setempat mewaspadai ancaman wabah Lumpy Skin Disease (LSD) atau wabah penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak sapi dan kerbau.
Rep: Dadang Kurnia Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, Daniel Rohi meminta Dinas Peternakan di wilayah setempat mewaspadai ancaman wabah Lumpy Skin Disease (LSD) atau wabah penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak sapi dan kerbau. Daniel mengaku telah menerima kabar mulai ditemukannya gejala LSD pada beberapa sapi dan kerbau di Jawa Tengah dan Sumatra.

Baca Juga


Berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan mengungkapkan, sejak Januari-Agustus 2022 sudah ada 1.065 ternak di Sumatera yang terjangkit. "Menurut info yang saya peroleh dari dokter hewan Malang Raya, penyakit yang berawal dari luar negeri sekarang sudah masuk ke Riau bahkan Jawa Tengah. Karena itu kita perlu meningkatkan kewaspadaan," ujarnya, Kamis (27/10/2022).

Daniel pun mendorong Dinas Peternakan Jatim untuk segera berkoordinasi dengan pihak terkait guna melakukan pencegahan. Menurutnya, edukasi terkait wabah LSD juga perlu dimassifkan agar masyarakat dan peternak lebih sigap dan tidak panik saat menjumpai gejala tersebut.

Selain itu, untuk mengantisipasi LSD seperti wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), Daniel menyarankan Dinas Peternakan Jatim menambah alokasi anggaran dalam RAPBD. "Sehingga ketika wabah ini ada di Jatim maka pemerintah sudah siap dengan alokasi anggaran. Jadi tidak sulit dalam membiayai penyakit kulit berbenjol tersebut," ujarnya.

Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jatim Iswahyudi mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan surat kewaspadaan ke daerah (Dinas Peternakan kabupaten/ kota) agar waspada wabah tersebut. Intinya, kata dia, semuanya harus waspada dan melakukan peningkatan kebersihan kandang.

"Terutama memberantas sarang nyamuk, yang berpotensi sebagai vektor pembawa virus ini ke sapi lainnya. Karena penyakit ini bisa menular melalui nyamuk, lalat, dan caplak," ujarnya.

Peternak juga diminta untuk melaporkan ke petugas jika ternaknya mengalami gejala LSD, seperti demam dengan suhu lebih dari 40 derajat celcius. Tanda klinis lainnya seperti penurunan nafsu makan, leleran pada hidung dan mata, pembengkakan limfonodus, serta terjadi edema pada kaki. 

Di luar itu, langkah antisipasi pembatasan lalu lintas hewan ternak juga dilakukan. Jatim telah membuat 10 cek poin yang tersebar di perbatasan untuk menangkal virus itu masuk dan menyerang ternak. "Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai kasus itu merebak di Jatim. Tapi, kewaspadaan jelas tak boleh kendor," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler