Dukung Investasi Energi, Menteri Bahlil Tekankan Kolaborasi dengan UMKM
Menteri Bahlil dukung rencana investasi energi HDF di Indonesia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah memberikan pidato kuncinya pada kegiatan Indonesia Investment Forum (IIF) 2022 pada Kamis lalu (27/10) di London, Inggris, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan pertemuan dengan dua perusahaan asal Prancis yaitu HDF Energy, perusahaan Produsen Listrik Independen (IPP) asal Prancis, dan Eramet, salah satu perusahan tambang terbesar di Prancis.
Dalam pertemuannya dengan Deputy CEO of HDF Energy Jean-Noël de Charentenay, Bahlil memberikan dukungannya atas rencana investasi HDF Energy di Indonesia terkait pengembangan proyek energi terbarukan di Indonesia.
Ia menjelaskan, saat ini dunia sedang mendorong energi baru terbarukan dan Indonesia memiliki sumber daya yang cukup, seperti angin, air, dan
matahari yang dapat dimaksimalkan menggunakan teknologi canggih. HDF memanfaatkan hidrogen untuk menyimpan kelebihan suplai energi hijau dari angin dan matahari.
HDF Energy saat ini tengah menjalankan rencana 20 proyek. Total investasinya senilai 1,5 miliar dolar AS. Bahlil juga mengapresiasi rencana kolaborasi HDF dengan pengusaha daerah. Itu karena, hal tersebut sejalan dengan arah kebijakan pemerintah Indonesia sekarang.
“Tapi saya minta jangan hanya bekerja sama dengan BUMN. Melainkan harus dengan pengusaha lokal selain BUMN, karena kita ingin ada pemerataan, tapi pengusahanya yang profesional, yang bisa bekerja sama dan memiliki kualitas,” tuturnya lewat keterangan resmi, Ahad (30/10).
Deputy CEO of HDF Energy Jean-Noel de Charentenay menjelaskan, HDF merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik menggunakan energi hijau yaitu angin dan matahari. Didukung pula oleh teknologi baterai guna menyimpan energi dari sumber hijau tersebut.
HDF berperan potensial untuk mendukung peningkatan produksi energi hijau. Hal itu dengan adanya tantangan terkait stabilitas suplai energi hijau jika dibandingkan energi fosil."Jadi kenapa kami tertarik untuk berinvestasi di Indonesia? Karena kami rasa kami memiliki solusi yang
tepat terkait dengan karakteristik tantangan yang dihadapi Indonesia yaitu jumlah populasi yang sangat besar, kami dapat menjamin stabilitas suplai listrik. Jadi kami merasa memiliki kontribusi di Indonesia,” ujar Noel.
Saat ini, kata dia, HDF Energy tengah mengupayakan pengembangan proyek Renewstable Energy pertama di Indonesia dengan target Kawasan timur Indonesia. Proyek itu direncanakan akan dikembangkan secara bertahap dimulai dari Sumba, NTT yang selanjutnya akan diperluas ke daerah timur Indonesia lainnya.
HDF Energy merupakan perusahaan pionir teknologi bidang pembangkit listrik hidrogen (Power-to�Power atau Renewstable dan Hydrogen-to-Power) dan juga merupakan produsen fuel cell berdaya tinggi ( di atas 1 MW). Teknologi Renewstable menangkap energi terbarukan (tenaga matahari, angin, atau kombinasi) dan mengombinasikan dengan baterai dan teknologi hidrogen untuk menghasilkan listrik bersih 24 jam.
Sedangkan, dalam pertemuannya dengan Pierre-Alain Gautier selaku Senior VP Corporate Affairs & Partnership Eramet, Bahlil mendorong Eramet agar segera merealisasikan rencana investasinya dalam pembangunan proyek smelter untuk bahan baku baterai. Eramet bekerja sama dengan BASF, perusahaan kimia asal Jerman, dan berlokasi di Weda Bay dengan total investasi sebesar 2,2 sampai 2,5 miliar dolar AS ini.
Adapun proyek itu dinamakan sebagai Proyek Sonic Bay. “Saya harapkan komitmen dari Eramet untuk segera merealisasikan proyek ini dan dapat memulai kontruksi. Saya hanya minta satu hal saja. Keterlibatan pengusaha lokal harus diperhatikan. Kontraktor tambangnya harus beri porsi pengusaha lokal agar ada pemerataan. Jadi saya harap ini jadi fokus yang dibicarakan oleh Eramet dengan BASF,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Pierre menyatakan kesiapannya terus meningkatkan keterlibatan pengusaha daerah dalam menjalankan usahanya. Dalam kesempatan ini, Pierre juga mengungkapkan permohonan dukungan dari Kementerian Investasi untuk melakukan percepatan pengurusan izin konservasi lahan.
Sebelumnya, Kementerian Investasi/BKPM telah memfasiitasi permasalahan lahan proyek Sonic Bay di Kawasan Industri IWIP terkait persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). “Selain itu, kami juga mengusulkan dilakukannya kerja sama dalam kerangka G20 antara Indonesia, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa dalam mendukung kemitraan global untuk mewujudkan intergrasi sumber daya mineral strategis yang berkelanjutan. Mungkin proyek kami dengan BASF dapat dijadikan contoh konkret dalam kemitraan global sumber daya mineral,” jelas dia.
Eramet merupakan perusahaan pertambangan sumber daya mineral dan pengolah mineral asal Prancis dan menjadi salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia. Lini bisnis Eramet meliputi pertambangan mineral nikel, mangan, dan lithium, serta riset dan pengembangan logam campuran.
Eramet melalui anak perusahaan yang bernama Strand Minerals telah bekerjasama dengan Antam sejak 1998 untuk mendirikan perusahaan atas nama PT Weda bay Nickel di Teluk Weda. Pengembangan operasi Eramet di Teluk Weda juga bekerjasama dengan Tsingshan (produsen stainless steel terbesar di dunia), dengan target kapasitas produksi operasi tambang mencapai 35 ribu ton nikel per tahun.