Banjir Rob Melanda Tiga Desa di Indramayu
Air laut yang asin membuat kendaraan warga mogok dan peralatan elektronik rusak.
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Banjir akibat gelombang pasang air laut atau yang dikenal dengan istilah rob, kembali menerjang tiga desa di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Selain mengganggu aktivitas warga, air laut yang asin juga membuat kendaraan warga mogok dan peralatan elektronik menjadi rusak.
Ketiga desa itu adalah Desa Eretan Kulon, Eretan Wetan serta Kertawinangun. Banjir rob selama ini sudah menjadi langganan di desa-desa tersebut. Namun kali ini, banjir rob semakin parah karena bersamaan dengan meluapnya sungai Ciprawan.
"Banjir rob sudah tiga hari ini," ujar seorang warga Desa Eretan Kulon, Rosidah kepada Republika.co.id, Senin (31/10).
Biasanya, banjir rob hanya sampai jalan di permukiman warga. Namun kali ini, banjir rob masuk hingga ke dalam rumah warga.
Ada ribuan rumah warga yang terendam banjir rob di ketiga desa itu. Ketinggian airnya bervariasi, antara 40 hingga 60 sentimeter.
Rosidah mengatakan, banjir rob mulai datang di pagi hari. Ketinggian banjir semakin bertambah saat menjelang Dzuhur. Hingga pukul 15.30 WIB hari ini, banjir disebutnya belum surut.
Rosidah mengaku sangat terganggu dengan banjir rob yang menjadi langganan di desanya. Apalagi, dengan ketinggian air yang cukup parah seperti sekarang.
"Banyak peralatan elektronik yang rusak terkena banjir karena airnya kan asin. Kendaraan juga jadi mogok," ujar Rosidah.
Hal senada diungkapkan seorang warga Desa Eretan Kulon lainnya, Eriah. Dia mengatakan, banjir rob memang sudah terjadi sepanjang tahun. Namun yang membuatnya kesal, jika banjir rob sampai masuk ke dalam rumahnya seperti sekarang.
"Sudah berhari-hari banjir gede seperti ini. Air masuk ke dalam rumah sampai WC (toilet) juga terendam," ujar Eriah.
Di dalam rumah Eriah, ketinggian banjir mencapai sekitar 30 sentimeter. Hal itu sangat mengganggu aktivitasnya dan keluarga sehari-hari. Mereka juga harus menaikkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.
"Saya berharap semoga banjir rob bisa segera diatasi agar tidak terjadi lagi. Capek kalau seperti ini, aktivitas terganggu, nggak bisa tidur," tutur Eriah.
Sementara itu, petugas Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Indramayu, Waminuddin, saat dikonfirmasi, mengatakan, masih melakukan pendataan secara keseluruhan terkait dampak banjir rob kali ini.
Khusus di Desa Eetan Kulon, Waminuddin menjelaskan, dampak banjir rob dirasakan oleh 1.383 kepala keluarga (KK) atau 4.344 jiwa. Di desa tersebut, air menggenangi rumah warga dengan ketinggian antara 20 hingga 60 sentimeter.
"Air biasanya datang pukul 10.00 WIB dan mulai surut pukul 15.30 WIB. Tapi meskipun surut, (banjir) meninggalkan lumpur dan sampah," kata Waminuddin.
Warga yang terdampak pun harus bekerja keras membersihkan rumah mereka yang kotor terkena lumpur dan sampah. Setelah bersih, keesokan harinya banjir kembali datang dan menggenangi rumah mereka kembali. "Kasihan warga," tutur Waminuddin.
Waminuddin mengakui, hingga kini belum ada bantuan bagi warga yang terdampak banjir rob. Dia mengaku sudah melaporkan kejadian tersebut ke dinas sosial.