Jangan Diusir, Keberadaan Kucing di Kampus Bagus untuk Kesehatan Mental

Kehadiran kucing di lingkungan kampus bermanfaat untuk pereda stres.

www.freepik.com
Kucing. Hasil studi mengindikasikan bahwa kehadiran kucing di lingkungan kampus dapat menjadi intervensi yang layak untuk meredakan stres orang-orang di lingkungan kampus.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin menganggap keberadaan kucing di lingkungan kampus sebagai hal yang mengganggu. Padahal, kehadiran kucing di lingkungan kampus bisa membantu meredakan stres.

Ada cukup banyak universitas di Amerika Serikat yang memiliki program animal assisted intervention (AAI). AAI merupakan program yang menghadirkan hewan untuk membantu meredakan stres para mahasiswa.

Umumnya, hewan yang dihadirkan sebagai AAI di lingkungan kampus adalah anjing. Sebaliknya, ada "naratif anekdot" yang menyiratkan bahwa kucing tidak cocok menjadi hewan terapi.

"Sedikit yang diketahui mengenai kelayakan untuk menghadirkan interaksi dengan kucing (sebagai AAI)," jelas tim peneliti melalui jurnal Anthrozoos, seperti dilansir Fox News, Selasa (1/11/2022).

Oleh karena itu, tim peneliti dari Katholieke Universiteit Leuven dan Washington State University melakukan studi untuk mengetahui kelayakan kucing sebagai hewan yang dapat meredakan stres di lingkungan kampus. Melalui studi ini, tim peneliti melakukan survei terhadap lebih dari 1.400 mahasiswa dan pegawai di lebih dari 20 universitas.

Hasil studi menunjukkan bahwa mengelus kucing bisa memberikan efek pereda stres yang sama seperti mengelus anjing. Manfaat ini khususnya lebih terasa pada beberapa kelompok di lingkungan kampus, seperti orang yang sangat emosional, wanita, orang yang memelihara kucing, serta orang yang terbuka terhadap ide berinteraksi dengan anjing di lingkungan kampus.

"Orang-orang dengan emosionalitas yang lebih tinggi secara signifikan lebih tertarik untuk berinteraksi dengan kucing di kampus," jelas tim peneliti.

Hasil studi mengindikasikan bahwa kehadiran kucing di lingkungan kampus dapat menjadi intervensi yang layak untuk meredakan stres orang-orang di lingkungan kampus. Kehadiran kucing juga bisa menjadi alternatif bagi orang-orang di lingkungan kampus yang mungkin merasa takut atau enggan untuk berinteraksi dengan anjing.

Salah satu peneliti dari Washington State University, Patricia Pendry, mulanya menilai bahwa para mahasiswa dan pegawai di universitas tak akan tertarik untuk bermain dengan kucing. Akan tetapi, studi yang dia lakukan bersama Joni Delanoeije dari Katholieke Universiteit Leuven ini menunjukkan hal yang berbeda.

Baca Juga


Akan tetapi, Pendry mengatakan tidak semua kucing cocok untuk menjadi AAI di lingkungan kampus. Oleh karena itu, pemilihan kucing sebagai AAI di lingkungan kampus perlu diperhatikan dengan saksama, misalnya, memilih kucing yang memang bersikap terbuka untuk berinteraksi dengan manusia.

Tim peneliti juga menemukan bahwa kehadiran anjing dan kucing sebagai AAI di lingkungan kampus bisa membawa efek positif yang signifikan pada emosi manusia. Hanya saja, kehadiran kucing kerap mendapatkan pandangan miring karena adanya beberapa anggapan keliru seputar kucing.

"Contohnya adalah narasi mengenai perilaku kucing yang tak bisa ditebak bisa memicu cedera pada manusia, bulu kucing bisa memicu alergi, dan kucing tidak bisa menoleransi perubahan lingkungan," kata tim peneliti.

Anggapan keliru ini membuat kehadiran kucing kerap tak diinginkan. Padahal, kucing juga dapat memberikan efek terapi pada manusia.

"Kesejahteraan dan keamanan para hewan yang terlibat dalam AAI juga sangat penting untuk diperhatikan," ujar Pendry.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler