Al-Madain Dibebaskan Sad bin Abi Waqqas
IHRAM.CO.ID, Al-Madain jatuh ke tangan tentara Muslim selama penaklukan Islam atas Persia pada 637 di bawah komando Sad bin Abi Waqqas. Masyarakat yang ada di wilayah itu tak dirugikan dengan datangnya pasukan tentara Islam. Sayangnya, istana dan arsip mereka dibakar.
Kota itu mulai kehilangan pamor ketika wilayah itu tak lagi menjadi pusat politik dan ekonomi. Terlebih, di era Abbasiyah muncul metropolitan baru bernama Baghdad pada abad ke-8. Al-Madain pun berubah menjadi kota hantu karena ditinggalkan penduduknya. Penduduknya ramai-ramai bermigrasi.
Taq-i Kisra
Di bekas kota al-Madain hingga kini masih berdiri sebuah monumen peninggalan Dinasti Sassan bernama Taq-i Kisra. Monumen itu berdiri di atas reruntuhan kota kuno al-Madain. Kini, monumen ini terletak di Salman Pak, Irak. Taq-i Kisra juga disebut dengan nama Iwan-e Kisra atau Iwan Khosrau.
Konstruksi monumen ini dibangun pada pemerintahan Khosrau I setelah pertempuaran melawan Bizantium pada 540 M. Lorong iwan yang melengkung dan membuka pada bagian depan berdiri setinggi 37 m dan lebar 26 m. Lorong ini memiliki panjang 50 m dan menjadikan monumen ini sebagai kubah terbesar yang pernah dibuat.
Lengkungan di pintu masuk merupakan bagian dari kompleks istana kekaisaran. Ruang tahta kemungkinan berada di bawah atau belakang lengkungan berdiri lebih dari 30 m, lebar 24 m, serta panjang 48 m. Bagian atas lengkungan memiliki ketebalan satu meter, sementara dinding di bagian dasar memiliki ketebalan sekitar tujuh meter. Bangunan ini merupakan yang terbesar yang pernah dibangun di Persia.
Lengkungan gerbang depan tersebut dibuat terbalik tanpa memiliki pusat. Beberapa teknik digunakan untuk membangun lengkungan ini. Batu bata diletakkan sekitar 18 derajat dari vertikal yang memungkinkan mereka didukung oleh dinding belakang selama konstruksi. Semen yang cepat mengering digunakan sebagai plester, memungkinkan batu bata dapat menopang batu bata yang berikutnya.
Hingga kini, Taq-i Kisra masih tetap berdiri tegap di bekas kota tua itu selama tujuh abad. Pada tahun 637 M, monumen itu dikuasai oleh bangsa Arab. Kaum Muslim menggunakan bangunan itu sebagai masjid untuk beberapa lama hingga daerah tersebut akhirnya ditinggalkan. Pada 1888 M, banjir telah menghancurkan sepertiga bangunan bersejarah itu. Monumen tersebut akhirnya dibangun kembali oleh pemerintahan Saddam Hussein pada 1980-an. Rezim Saddam membangun sayap utara yang runtuh.
Namun, pembangunan kembali monumen tersebut terpaksa harus dihentikan karena Irak terlibat dalam Perang Teluk pada 1991. Pemerintah Irak bekerja sama dengan Universitas Chicago dalam ‘Proyek Diyala’ untuk mengembalikan situs tersebut.