Sistem Digitalisasi Objek Wisata di Pangandaran Mulai Diterapkan

Salah satu sistem pembayaran digitalisasi yang dilakukan adalah penggunaan QRIS

Republika/Bayu Adji P.
Menparekraf Sandiaga Uno berkunjung ke Desa Selasari di Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Rabu (13/10). Desa Selasari terpilih menjadi 50 desa wisata terbaik 2021 se-Indonesia.
Rep: bayu adji p Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Kabupaten Pangandaran dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisatawan di Provinsi Jawa Barat (Jabar). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, kunjugan wisatawan ke daerah itu mencapai 3,6 juta orang.

Baca Juga


Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran juga terus berupaya untuk mengembangkan sektor pariwisata, salah satunya adalah dengan menerapkan ekosistem digital. Pasalnya, dunia terus bergerak ke era digitalisasi, di mana segela kebutuhan dapat dipenuhi dalam genggaman tangan.

"Kami juga harus mengikuti perkembangan zaman. Tidak bisa tertinggal," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pangandaran, Tonton Guntari, kepada Republika, Sabtu (29/10/2022).

Ia menjelaskan, salah satu digitalisasi yang dilakukan adalah membuat sistem pembayaran tiket secara nontunai menggunakan QRIS di pintu masuk utama (toll gate) Pantai Pangandaran. Saat ini, di toll gate Pantai Pangandaran sudah tersedia loket khusus kendaraan yang hendak membeli tiket secara nontunai sejak satu bulan terakhir.

Selain itu, digitalisasi juga sudah diterapkan di objek wisata Green Canyon yang berada di Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Di objek wisata itu, wisatawan yang datang dapat membeli tiket langsung di vending machine yang telah tersedia dan melakukan pembayaran menggunakan QRIS.

"Orang sekarang sudah mulai bawa uang pakai handphone, kami setahap demi setahap mengembangkan itu," kata Tonton.

Menurut dia, pengembangan ekosistem digital itu tak hanya akan berhenti di situ. Rencananya, Pemkab Pangandaran juga akan menerapkan pembayaran nontunai untuk masuk ke Pantai Pangandaran melalui pintu masuk utama. Sementara pembayaran tunai akan dialihkan melalui pintu masuk lainnya.

"Ke depan mungkin akan dengan gate, mungkin ke depan tidak perlu ada petugas. Ini untuk mencegah terjadinya antrean ketika pengunjung ramai. Selain itu, bisa mencegah kebocoran juga. Soalnya kalau cash terus juga bisa ada kebocoran," kata dia.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cukang Taneuh-Green Canyon Kabupaten Pangandaran, Iyus Rahman, menjelaskan, digitalisasi yang dilakukan di objek wisata Green Canyon adalah dengan menyediakan vending machine, yang merupakan bantuan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya. Dengan keberadaan mesin itu, wisatawan yang datang bisa langsung memilih paket wisata hingga melakukan pembayaran secara nontunai.

Tak hanya itu, ekosistem digital yang sedang dikembangkan di Green Canyon adalah pemesanan melalui website. Dengan begitu, wisatawan yang akan berkunjung sudah dapat melakukan pemesanan sejak jauh hari sebelum kedatangan."Saya pikir inovasi ini sangat baik. Karena ketika pengunjung banyak, pengunjung akan lebih mudah untuk membeli tiket," kata dia kepada Republika, Senin (31/10/2022).

Iyus mengungkapkan, selama ini pembelian tiket di Green Canyon hanya dapat dilakukan secara manual. Padahal, sering kali wisatawan yang datang tak membawa uang tunai. "Ketika ada kasus itu, kami hanya bisa nelayani transfer menggunakan rekening pribadi. Saya jadi harus mengambil uang dulu ke ATM, karena kan ke perahu setiap hari harus bayar," kata dia.

Dengan adanya vending machine, proses bolak-balik itu tak perlu lagi dilakukan. Selain itu, sistem pembukuan keuangan akan lebih rapi. Di sisi lain, wisatawan juga akan makin nyaman dengan pelayanan yang optimal.

Iyus mengatakan, pihaknya juga mau tak mau harus terus mengikuti perkembangan zaman. "Kalau tidak, ya akan tertinggal," ujar dia.

Kendati demikian, menurut dia, sistem pembayaran menggunakan vending machine dan pemesanan melalui website itu masih belum sepenuhnya diterapkan saat ini. Pasalnya, pihaknya masih perlu melakukan pengembangan aplikasi lebih lanjut. Selain itu, pihaknya juga masih perlu melakukan pelatihan kepada sumber daya manusia (SDM) untuk mengoperasikannya. "Mesinnya sebenarnya sudah bisa digunakan, tapi belum sempurna. Mungkin satu bulan ke depan baru jalan optimal," kata Iyus.

Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, mengatakan, sektor pariwisata merupakan lokomotif perekonomian utama di daerahnya. Karena itu, pihaknya akan terus melakukan inovasi pelayanan yang memudahkan wisatawan berkunjung ke Kabupaten Pangandaran.

Salah satu inovasi yang dilakukan itu adalah menggunakan sistem digital untuk pembelian tiket. Diharapkan, dengan pembelian tiket menggunakan sistem digital itu, tak ada lagi antrean di pintu masuk, yang jamak terjadi di Kabupaten Pangandaran ketika musim liburan. "Harapannya, terjadi efisiensi dan mempermudah masyarakat dalam membayar tiket," kata dia.

Kepala Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya, Aswin Kosotali, mengatakan, digitalisasi sektor pariwisata di Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu upaya untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian perekonomian dunia. Mengingat, sektor pariwisata merupakan salah satu potensi ekonomi unggulan di wilayah Priangan Timur."Salah satu sektor unggulan di Priangan Timur adalah pariwisata," kata dia.

Aswin menyebutkan, berdasarkan data BPS, jumlah kunjungan wisata di Priangan Timur pada 2021 mencapai 5,1 juta orang atau 17,96 persen dari total kunjungan di Jabar. Angka itu ditopang oleh Kabupaten Pangandaran dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 3,6 juta. Itu membuat Pangandaran menjadi kabupaten dengan jumlah wisatawan terbanyak di Jabar pada 2021.

Karena itu, diperlukan inovasi untuk terus mengembangkan sektor unggulan tersebut. Salah satu inovasi yang dilakukan BI Tasikmalaya di Kabupaten Pangandaran adalah memfasilitasi sistem pembayaran nontunai di pintu masuk utama Pantai Pangandaran dan digitalisasi sistem pembayaran tiket di Green Canyon.

"Mengingat sektor pariwisata yang unggul dan ekositem digital yang mulai terbangun, maka perlu ada langkah kolaboratif untuk mengembangkan ekosistem digital di sektor pariwisata. Apalagi itu jadi salah satu sumber pendapatan daerah," ujar dia.

Ia menjelaskan ekositem digital dikembangkan di Green Canyon adalah digitalisasi pengelolaan destinasi wisata yang memberikan kemudahan bagi wisatawan, pengelola tempat wisata, dan pemerintah sebagai pemilik dan pengelola pajak retribusi wisata. Dukungan yang diberikan BI Tasikmalaya di objek wisata Green Canyon adalah menyediakan vending machine untuk self-ticketing. Tak hanya itu, BI Tasikmalaya juga menyediakan mesin kasir (desk point of sale), mobile point of sale (MPOS), monitor antrean, pengembangan website, pengembangan aplikasi, dan konektivitas sistem pembayaran.

Aswin menyebutkan, penerapan digitalisasi pada sektor pariwisata menjadi salah satu inovasi untuk mendorong pengembangan ekonomi daerah. Menurut dia, dampak dari digitalisasi, wisatawan akan mendapatkan kemudahan pemesanan tiket online melalui website, self-ticketing untuk menghindari antrian loket, serta pembayaran nontunai melalui QRIS dan APMK.

Sementara itu, pengelola tempat mendapatkan akses kontrol pengelolaan secara digital seperti monitoring jumlah wisatawan real time, pengelolaan pendapatan, pengelolaan inventaris, meningkatkan efisiensi pengelolaan tiket, dan meningkatkan pelayanan publik. "Sedangkan pemerintah dapat memonitoring pendapatan retribusi secara real time dan risiko kebocoran pendapatan dapat diminimalisir," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler