Sidebar

Al-Tibrizi Ahli Adab dari Tabriz

Thursday, 03 Nov 2022 02:15 WIB
Ilmuwan Muslim.

IHRAM.CO.ID, Namanya Abu Zakariya Yahya ibnu Ali Hammad ibnu al Hasan. Ia dilahirkan di Kota Tabriz, Iran, pada 1030 Masehi. Nama panjangnya tak begitu populer, sebab ia kerap disapa berdasarkan nama kota kelahirannya. Ia disapa dengan nama al-Tibrizi. Ia seorang ahli adab yang menguasai bermacam ilmu pengetahuan.

Baca Juga


Hanya sedikit sumber sejarah yang menyingkap riwayat masa kecilnya atau sejak kapan ia mulai menekuni ilmu. Namun, sejarah mencatat bahwa sosok-sosok ternama pernah menjadi mentornya. Ada Abu al-A’la al-Ma’ari, yang menularkan ilmunya kepada al- Tibrizi dalam bidang sastra, filologi, dan adab.

Sedangkan dari Sulaym al-Razi, seorang ulama kharismatik dari Tyre, al-Tibrizi banyak menyerap ilmu hadis dan Alquran. Martijn Theodoor Houtsma dalam First Encyclopedia of Islam, mencatat, saat masih belia al- Tibrizi melakukan pengembaraan ke beberapa kota besar di dunia Islam. Keingintahuan yang besar tentang ilmu mendorongnya melakukan itu.

Saat singgah di Damaskus, Suriah, ia belajar adab kepada seorang cendekiawan Muslim, al-Khatib al- Baghdadi. Di kesempatan lain ketika berada di Kairo, Mesir, ia menimba ilmu dari Ibnu Babashad. Ia pun menyempatkan untuk mengamalkan ilmunya dengan mengajar di sana selama satu tahun.

Dari Kairo, al-Tibrizi pindah ke Baghdad, Irak. Kepakarannya di berbagai cabang ilmu telah mengesankan para penguasa kota 1001 malam itu. Hingga kemudian, ia diberi jabatan sebagai seorang hakim. Timbunan ilmu yang ada padanya, menjadikan al-Tibrizi sebagai seorang pakar adab gemilang.

Ia memiliki reputasi. Kepakaran dalam bidang yang digelutinya, membuat al-Tibrizi sangat dikagumi. Sehingga, ia dipercaya memegang posisi penting di lembaga pendidikan terkemuka. Ia memperoleh pula mandat sebagai profesor adab serta pustakawan di Madrasah Nizamiyah yang juga dikenal dengan nama Dar al- Kutub.

Saat itu, perpustakaan Madrasah Nizamiyah di Baghdad, cukup tersohor di dunia Islam. Inilah lembaga pendidikan adab yang terbaik pada zamannya. Pencapaian prestasi luar biasa ini tentu tak lepas dari kontribusi al-Tibrizi saat mengelola lembaga itu. Ia berhasil mengangkat peran perpustakaan sebagai pusat kajian adab.

Walaupun pada dasarnya, Nizamiyah merupakan sekolah hukum, namun fungsi lembaga pendidikan adab tadi tidaklah hilang. Awalnya, para siswa menginginkan lulus sebagai ahli hukum karena mengharapkan menerima penghasilan lebih baik ketika berkiprah di pemerintahan. Akan tetapi, pada akhirnya justru banyak yang tertarik mempelajari sastra.

Penyebabnya, yakni reputasi para profesor adab, termasuk al Tibrizi yang mengungguli koleganya dalam menggeluti bidang hukum. Oleh karenanya, kendati saat lulus mereka menyandang gelar sarjana hukum, para siswa itu biasanya juga mahir di bidang sastra. Menginspirasi Para penguasa Islam telah lama menaruh perhatian besar pada perkembangan ilmu adab.

Sebelumnya muncul pakar-pakar lainnya di bidang itu seperti al-Akhfani yang meninggal dunia pada 1348, Dhiya al-Din ibnu al- Atsir, al-Maqarri, hingga Abu Bakr al Shuli yang disebut-sebut sebagai cendekiawan yang menguasai multidisiplin ilmu. Sosok al-Tibrizi, seperti diungkapkan oleh sejarawan Martijn Theodoor Houtsma, merupakan salah satu tokoh bidang adab paling berpengaruh pada abad ke-11.

Berita terkait

Berita Lainnya