Menelusuri Karya-Karya al-Tibrizi
IHRAM.CO.ID, Kapasitas intelektualitas al-Tibrizi dapat dibuktikan melalui sejumlah karya. Ia telah menulis karya yang mencakup bidang sastra, adab, leksikografi, tata bahasa, dan sejumlah bidang lainnya. Dalam buku Cita Humanisme Islam, sejarawan George Abraham Maksidi melihat kebanyakan karya dari al-Tibrizi yakni berupa uraian.
Buku berjudul Sharh Diwan Ash’ar al-Hamasah, merupakan tanggapan al- Tibrizi terhadap karya Abu Tammam. Dia menuliskan tiga komentar, dua yang pertama adalah mengenai tiap bait yang ada. Sedangkan terakhir berupa kesimpulannya atas keseluruhan buku Abu Tammam. Makdisi menilai, karya lain al- Tibrizi yang memiliki pengaruh besar adalah kitab al-Qufadhdhaliyyat.
Ini adalah sebuah buku yang berisi uraian tentang kumpulan syair suku Arab yang dihimpun oleh al-Mufadhdhal al- Dzabbi. Di dalamnya, terdapat pula syair al-Mutannabbi dan Siqt al-Zand (Percikan Bunga Api) karya al-Ma’ari. Tak ketinggalan, al-Tibrizi membahas tentang tujuh syair terkenal dari periode Arab klasik. Kini buku tersebut masih tersimpan di Bibliotheque Nationale di Paris.
Tak hanya itu, ia menulis pula buku mengenai sintaksis Alquran. Karya berikutnya terkait dengan rima dan ritme puisi. Sebagai ahli tata bahasa dan leksikografi, al-Tibrizi menyumbangkan pemikiran penting dalam perkembang an kajian adab serta filologi. Terkait hal ini, ia menganut metode pemahaman atau dirayah, yang merujuk pada pilihan metode yang dianut gurunya, al-Ma’ari.
Kecenderungan metode ini adalah lebih mementingkan isi dan pemahaman terhadap hadis ketimbang bentuk dan periwayatan lisan. George Makdisi lebih jauh mengungkapkan bahwa metode seperti itu sesungguhnya telah menjadi salah satu gaya para ulama adab pada abad ke-11. Metode pemahaman, ujar Makdisi, cenderung digunakan dengan alasan dianggap lebih mampu untuk meng analisis tema-tema dan ide yang terkandung dalam suatu wacana.
Saat al-Tibrizi meminta otoritas periwayat an untuk buku-buku yang dipelajarinya dari al Ma’ari, gurunya itu menyatakan yang diberikan kepadanya adalah metode pemahaman. ‘’Jika metode riwayat yang kamu inginkan, silakan belajar di tempat lain, namun jika kamu menginginkan metode dirayah, mari belajar denganku,’’ tegas al-Ma’ari kepada muridnya itu.