Pasar Obligasi di 2023 Masih Positif Meski Dibayangi Resesi
Di awal tahun 2023, pasar obligasi masih akan mengalami sedikit tekanan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar obligasi pada tahun 2023 diproyeksi masih cerah meski awan gelap resesi menghantui. Fixed Income Research Mirae Asset Sekuritas Dhian Karyantono mengatakan, kondisi tersebut didukung laju kenaikan suku bunga the Fed yang kemungkinan melambat.
"Kami melihat masih ada peluang pasar obligasi bergerak positif. The Fed diperkirakan less agresif terkait dengan kenaikan suku bunga acuan. Selain itu inflasi domestik sudah mulai terkendali di akhir 2023," kata Dhian dalam acara Media Day di Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Di awal tahun 2023, Dhian mengakui pasar obligasi masih akan mengalami sedikit tekanan. Namun mulai semester kedua hingga akhir tahun 2023, perkembangan pasar obligasi dalam negeri bisa lebih baik.
Dhian melihat pasar obligasi sekarang masih undervalue sehingga ada peluang untuk investor masuk ke pasar obligasi. Kondisi saat ini masih sangat menjanjikan bagi investor masuk ke pasar obligasi karena tingkat yield masih bagus dikisaran 7,5-7,6 persen.
Dengan situasi perekonomian saat ini, investor direkomendasikan untuk masuk ke obligasi bertenor di bawah satu tahun. Dalam kurun dua tahun mendatang, investor bisa juga masuk ke obligasi dengan tenor panjang atau di atas 10 tahun.
Meski demikian, menurut Dhian, pasar obligasi masih akan menghadapi tantangan terutama menjelang tahun politik. Biasanya pasar cenderung wait and see melihat presiden yang akan terpilih di tahun 2024.
"Hambatan kedua terkait resesi, saya lihat peluang resesi untuk Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa sudah mendekati di atas 50 persen. Ketika resesi, biasanya investor cenderung hati-hati untuk masuk ke pasar obligasi," jelas Dhian.