Kegigihan Ibnu Abbas
IHRAM.CO.ID, Oleh: Tgh Habib Ziadi
Abdullah bin Abbas adalah sahabat Nabi SAW yang terbilang junior dibanding sahabat-sahabat lainnya. Tapi, usianya yang belia tidak membuat sahabat yang lebih senior meremehkannya. Malah, mereka menaruh hormat yang besar padanya. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abbas. Dia anak Al-Abbas bin Abdul Muththalib bin Qushay Al-Qurasyi. Dialah tinta umat ini. Ia senantiasa mengiringi Nabi. Ia menyiapkan air untuk wudhu Nabi. Ketika shalat, ia berjamaah bersama Nabi.
Apabila Nabi melakukan perjalanan, ia turut pergi bersama Nabi. Ia juga kerap menghadiri majelis-majelis Nabi. Akibat interaksi yang intens itulah ia banyak mengingat dan mengambil pelajaran dari setiap perkataan dan perbuatan Nabi.
Ibnu Abbas menuturkan pengalamannya saat menuntut ilmu, “Tatkala Rasulullah telah berpulang ke hadirat Allah, aku mengatakan kepada seorang Anshar, ‘Mari kita bertanya kepada para sahabat Rasulullah, selagi mereka masih ada saat ini.” Orang Anshar itu pun menukas, ‘Aku heran, apakah engkau menyangka bahwa manusia membutuhkan dirimu?” Ibnu Abbas tidak mendengar ucapannya. Dia pergi menemui para sahabat dan menanyai mereka.
Sedemikian gigihnya ia menuntut ilmu, akhirnya Allah muliakan tunas muda ini dengan mengangkat derajatnya di mata manusia. Umar pernah berkata, “Sebaik-baik tafsir Alquran ialah dari Ibnu Abbas. Apabila umurku masih lanjut, aku akan selalu bergaul dengan Abdullah bin Abbas.”
Berbagai keutamaan yang Ibnu Abbas raih ini sejatinya tidak lepas dari doa mustajab yang dipanjatkan Rasulullah. Saat itu, Rasulullah hendak buang hajat. Ibnu Abbas kecil memahami kebiasaan Rasulullah yang berwudhu setiap kali habis dari buang hajat.
Dia pun meletakkan air wudhu di tempat keluar Nabi. Lantas, ketika Nabi melihat air wudhu yang sudah dipersiapkan, Rasulullah pun bertanya, “Siapa yang meletakkan ini?” Ibnu Abbas menjawab, “Ibnu Abbas.”
Maka, Rasulullah pun meletakkan telapak tangannya yang mulia di bahu Ibnu Abbas kecil seraya berdoa: “Ya Allah, berilah dia pemahaman dalam masalah agama dan ajarkanlah ke padanya tafsir.” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan lainnya, ini lafaz Imam Ahmad).
Nah, dari doa inilah kemuliaan demi kemuliaan dia peroleh. Tapi, tentu saja kemuliaan ini bukan turun dari langit begitu saja. Allah memberi taufik kepada Ibnu Abbas untuk menuntut dan mencari kemuliaan tersebut dengan sepenuh tenaga, bukan berpangku tangan.
Ia tak berdiam diri di masjid mencukupkan diri berzikir menanti mukjizat terkabulnya doa Nabi itu. Ia malah menghabiskan usia mudanya mengetuk pintu-pintu rumah sahabat senior untuk bertanya tentang agama.