Gambaran Penyalinan Alquran Era Utsman, Ada Ayat yang Hampir Tertinggal

Penyalinan Alquran di era Utsman bin Affan dibuat dengan melewati beberapa hal.

Republika/ Yasin Habibi
Alquran Kuno. Gambaran Penyalinan Alquran Era Utsman, Ada Ayat yang Hampir Tertinggal
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan RA, perbedaan dalam membaca Alquran kian jelas. Utsman pun berkonsultasi dengan para sahabat lain. Dia juga telah memiliki salinan Alquran yang telah disiapkan dari zaman Kekhalifahan Abu Bakar yang disimpan bersama Hafsah binti Umar pada waktu itu.

Baca Juga


Dalam hadits riwayat Bukhari dari jalur Anas bin Malik, Huzhaifah bin Al-Yaman datang kepada Utsman pada saat orang-orang Syam dan orang-orang Irak berperang untuk menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Huzhaifah khawatir terhadap perbedaan dalam membaca Alquran di kalangan penduduk Syam dan Irak.

Lalu Huzhaifah berkata kepada Utsman, "Wahai Amirul Mukminin! Selamatkan bangsa ini sebelum mereka berselisih tentang Kitab (Alquran), seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebelumnya."

Kemudian Utsman mengirim pesan kepada Hafsah dengan mengatakan, "Kirimkan kepada kami naskah-naskah Alquran agar kami dapat menyusun bahan-bahan Alquran dalam salinan yang sempurna dan mengembalikan naskah-naskah itu kepada engkau". Hafsah lantas mengirimkannya kepada Utsman.

Utsman kemudian memerintahkan Zaid ibn Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-Ass, Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, untuk menulis ulang naskah-naskah itu dalam salinan yang sempurna. Utsman berkata kepada ketiga orang Quraisy itu, "Jika kalian tidak setuju dengan Zaid bin Tsabit dalam hal apapun dalam Alquran, maka tulislah dalam dialek Quraisy karena Alquran diturunkan dalam bahasa mereka."

Mereka pun melakukannya, dan ketika mereka telah menulis banyak salinan, Utsman bin Affan mengembalikan salinan aslinya kepada Hafsah. Utsman mengirim ke setiap provinsi Muslim satu salinan dari apa yang telah mereka salin, dan memerintahkan agar semua bahan Alquran lainnya baik yang ditulis dalam manuskrip yang terpisah-pisah atau salinan utuh, untuk dibakar.

Zaid bin Tsabit menyampaikan, "Sebuah ayat dari Surat Al-Ahzab terlewatkan oleh saya ketika kami menyalin Alquran dan saya biasa mendengar Rasulullah SAW membacanya. Maka kami mencarinya dan menemukannya bersama Khuzaimah bin Tsabit Al-Ansari."

Ayat itu adalah Surah Al-Ahzab ayat 23, yang berbunyi, "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)."

Karena itu, penyalinan Alquran di era kepemimpinan Utsman bin Affan dibuat dengan melewati beberapa hal. Pertama, adanya perselisihan yang telah muncul di antara umat Islam tentang cara membaca Alquran yang benar. Kedua, Utsman meminjam salinan Alquran yang disimpan Hafsah. Ketiga, Utsman memerintahkan empat sahabat, untuk menulis ulang naskah dalam salinan yang sempurna.

Keempat, Utsman mengirimkan salinan-salinan tersebut, yang telah diselesaikan oleh empat sahabat itu, ke pusat-pusat utama umat Islam untuk menggantikan salinan lain yang beredar.

Lantas apa bedanya antara salinan Alquran di era Abu Bakar dan Utsman? Untuk diketahui, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA telah membuat satu salinan dari berbagai bahan lisan dan tertulis. Salinan ini kemudian disimpan oleh Umar bin Khattab dan kemudian oleh putrinya, Hafsah.

Setelah penyalinan Alquran di era Utsman bin Affan selesai, lalu salinan tersebut dikirimkan ke berbagai tempat di dunia Muslim. Sedangkan salinan Abu Bakar dikembalikan ke Hafsah dan tetap bersamanya hingga wafat.

Dalam riwayat dari Abu Dawud, disampaikan bagaimana Marwan bin Al-Hakam mengumpulkan salinan yang disimpan Hafsah dari ahli warisnya lalu menghancurkannya, karena khawatir menimbulkan perselisihan baru.

Salinan yang dibuat di era kekhalifahan Utsman bin Affan itulah yang kemudian dikenal dengan Mushaf Utsmani. Penamaan Mushaf Utsmani merupakan ijma atau kesepakatan para sahabat. Mereka setuju bahwa salinan tersebut berisi apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu yang turun dari Allah SWT.

Pendistribusian Mushaf Utsman dengan otoritasnya yang tak terbantahkan, dapat disimbulkan berdasarkan riwayat tentang pertempuran Siffin yang terjadi pada 37 Hijriyah, atau 27 tahun setelah wafatnya Nabi SAW. Saat itu pasukan Muawiyah memasang lembaran-lembaran Alquran di tombak mereka untuk menghentikan perang tersebut. Hal ini didasarkan pada kitab Tarikh Khulafa karya Imam As-Suyuthi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler