Pengamat: Pujian Jokowi ke Prabowo Guyonan, tapi Serius

Pernyataan itu tak bisa dimaknai bahwa Jokowi menjatuhkan pilihan politik ke Prabowo.

ANTARA/HO/Biro Pers Setpres/Lukas
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto (kanan)
Rep: Febrianto Adi Saputro Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti mengatakan pernyataan sinyal dukungan Presiden Jokowi terhadap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan candaan atau guyonan, tetapi serius.

Baca Juga


"Disebut guyonan, tentu karena Pak Jokowi memperlihatkan kedekatan personal antara beliau dan Pak Prabowo. Keduanya memang terlihat semakin akrab secara personal, bahkan pada taraf saling respek. Serius karena hal itu seperti tantangan bagi Pak Prabowo untuk dapat menjadi RI 1, mengingat secara faktual karena memang hanya Pak Prabowo capres nonpemula," kata Ray, Rabu (9/11).

Ray menilai pernyataan tersebut tidak bisa dimaknai bahwa Jokowi sudah menjatuhkan pilihan politik kepada Prabowo. Menurut dia, hal itu masih lama. 

"Paling jauh bisa dinyatakan bahwa Pak Jokowi ikut mendorong Pak Prabowo untuk ikut dalam capres 2024, tapi bukan berarti memihaknya," ucapnya.

Namun, ia melihat ada dua alasan Jokowi secara terbuka menyatakan dukungan pencapres kepada Prabowo. Alasan pertama karena alasan respek yang berimbas pada keinginan untuk saling membantu. 

"Tren suara Pak Prabowo yang mandeg akhir-akhir ini, tentu akan dapat bersinar lagi setelah setidaknya dua kali Pak Jokowi menyebut nama beliau sebagai capres. Jelas implikasi penyebutan nama itu sangat berarti bagi pak Prabowo," ucapnya.

Menurutnya, alasan Prabowo harus didongkrak kembali karena Jokowi juga berkepentingan agar Prabowo tetap ikut kontestasi pilpres 2024 sehingga tidak terjadi dua pasangan capres. Pengalaman Pilpres 2019 dikhawatirkan akan terulang di Pilpres jika hanya dua pasangan calon.

"Dengan terus mendorong Pak Prabowo, setidaknya terdapat 3 pasangan capres. Di mana salah satunya kemungkinan besar akan diisi oleh Ganjar melalui KIB," kata dia.

Dengan mendorong Prabowo untuk maju, potensi Anies meraup suara di kantong-kantong bukan milik Ganjar dapat ditahan. Ia mengungkapkan Prabowo dan Anies berebut suara di banyak kantong pemilih seperti di Jawa Barat, Sumatra, dan Sulawesi. 

Di pulau dan provinsi tersebut, suara Prabowo dan Anies terus menerus saling gerus. Bahkan, kecenderungannya saat ini, Anies makin masuk ke basis-basis pemilih Prabowo. 

"Artinya, mendorong Pak Prabowo maju dapat berimplikasi dua hal sekaligus, pertama,  tertahannya laju suara Anies, kedua, melajunya suara Ganjar dan syukur-syukur juga pak Prabowo," kata dia.

"Jadi, sekalipun misalnya harus satu putaran, itu artinya menempatkan Pak Prabowo vs Ganjar di putaran kedua, dan siapapun di antara keduanya menang, menimbulkan rasa nyaman bagi pak Jokowi," imbuhnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler