Sidebar

Prancis Akhiri Misi Kontraterorisme di Afrika Barat

Thursday, 10 Nov 2022 16:02 WIB
Tentara Prancis berpatroli di Diabaly, Mali, 23 Januari 2013 (diterbitkan kembali 17 Februari 2022). Prancis mengumumkan pada 17 Februari 2022, bahwa mereka menarik pasukannya dari Mali dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan menjelang KTT Uni Eropa-Afrika di Brussels. Prancis Akhiri Misi Kontraterorisme di Afrika Barat

IHRAM.CO.ID, KIGALI -- Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu (9/11/2022) mengumumkan Prancis akan mengakhiri misi kontra-teroris Barkhane di Sahel Afrika selama hampir satu dekade.

Baca Juga


 

Operasi Barkhane tidak beroperasi sejak Februari setelah Prancis mengumumkan penarikan militernya dari Mali. Pasukan Prancis terakhir meninggalkan markas mereka di kota Gao di Mali pada 15 Agustus.

 

Dilansir dari Anadolu Agency, Macron menyatakan penarikan operasi antiteroris bukan semata-mata untuk lepas tangan dan mengabaikan perang melawan terorisme di Sahel. Prancis tetap akan berhubungan dengan mitra Afrika.

 

"Saya telah memutuskan dalam koordinasi dengan mitra kami, untuk meresmikan akhir operasi Barkhane sebagai konsekuensi dari apa yang kami alami dalam beberapa bulan terakhir," katanya dalam pidatonya di kota Toulon, Prancis.

“Dukungan militer kami untuk negara-negara Afrika di kawasan itu akan terus berlanjut, tetapi menurut prinsip-prinsip baru yang telah kami tetapkan bersama mereka,” kata Macron dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (10/11/2022).

Menurutnya, komitmen Prancis bersama mitra Afrika sekarang lebih difokuskan pada kerja sama logistik dan dukungan untuk tentara mereka. “Pada dasarnya, kemitraan kami hanya masuk akal jika itu adalah kemitraan sejati yang menanggapi kebutuhan eksplisit yang datang dari tentara Afrika dan jika itu melengkapi kemitraan ekonomi, politik dan administrasi di negara-negara ini,” kata dia.

Macron mengatakan pertukaran direncanakan dengan negara-negara Afrika dan organisasi regional dalam beberapa hari mendatang untuk mengubah status, format, dan misi pangkalan Prancis di Afrika. “Intervensi kita harus lebih dibatasi waktu dan dari awal. Kami tidak ingin tetap terlibat untuk waktu yang tidak terbatas dalam operasi asing,” katanya.

Misi tersebut diluncurkan pada 2013 untuk membendung pemberontakan di Mali yang terkait dengan kelompok teror al-Qaeda dan Daesh/ISIS yang telah menciptakan kekacauan di wilayah tiga perbatasan. Niger, Chad, Burkina Faso dan Mauritania adalah negara-negara lain dalam kemitraan. Setidaknya 5.500 tentara Prancis berpartisipasi dalam Operasi Barkhane pada puncaknya.

 

Berita terkait

Berita Lainnya