Saham Energi Babak Belur, IHSG Anjlok 1,46 Persen

Pelamahan IHSG sejalan dengan indeks saham di Asia sore ini.

Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam pada akhir perdagangan Kamis (10/11/2022). IHSG anjlok 1,46 persen dan kembali jatuh meninggalkan level psikologis 7.000 atau tepatnya 6.966,83.
Rep: Retno Wulandhari Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam pada akhir perdagangan Kamis (10/11/2022). IHSG anjlok 1,46 persen dan kembali jatuh meninggalkan level psikologis 7.000 atau tepatnya 6.966,83.

Baca Juga


Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, pelamahan IHSG sejalan dengan indeks saham di Asia sore ini yang ditutup turun menjelang rilis data inflasi (CPI) AS nanti malam. Data ini akan memengaruhi rencana bank sentral AS (Federal Reserve) menaikkan suku bunga acuan setelah hasil Pemilihan Sela (Midterm) Kongres AS masih di seelimuti oleh ketidakpastian.

"Investor khawatir serangkaian kenaikan suku bunga acuan tahun ini oleh Federal Reserve dan bank-bank sentral di Eropa maupun di Asia akan mendorong ekonomi global jatuh ke dalam resesi," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Kamis (10/11/2022).

Seiring masih berlangsungnya penghitungan suara, Partai Republik hanya membutuhkan 9 kursi lagi untuk mengendalikan House of Representatives (DPR) AS sementara kendali atas Senate (DPD) AS akan tergantung pada hasil pemilihan di negara bagian Nevada dan Arizona yang belum di hitung.

Hasil pemilihan ini akan menentukan bagaimana pemerintahan Presiden Biden berlangsung dua tahun ke depan. Jika berkuasa, Partai Republik kemungkinan besar akan meluncurkan sejumlah penyelidikan atau investigasi terhadap Presiden Biden dan keluarganya serta Pemerintahannya. Penguasaan Senate (DPD) oleh Partai Republik akan memperlemah kemampuan Presiden Biden dalam memilih Hakim Agung.

Rilis data Consumer Price Index (CPI) AS nanti malam di yakini akan memperlihatkan tekanan inflasi yang masih tinggi di bulan Oktober sehingga tidak memberi alasan bagi Federal Reserve untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan. CPI diprediksi akan tumbuh 0,6 persen MoM, sementara inflasi inti diramal akan melonjak 0,5 persen MoM.

Sektor Penekan

Energi      : -9.625  Poin

Finansial   : -9.526  Poin

Barang Baku : -6.022  Poin

Top Gainers:

INTP  :10,475 | +300 | +2.95%

TCPI  :10,875 | +200 | +1.87%

BBSI  :4,460  | +180 | +4.21%

UANG  :705    | +140 | +24.78%

MYOR  :2,500  | +130 | +5.49%

Top Losers:

UNTR  : 29,400| -1600| -5.16%

ITMG  : 40,375| -1550| -3.70%

GGRM  : 22,025| -575 | -2.54%  

RDTX  : 8,700 | -550 | -5.95%

AALI  : 8,200 | -500 | -5.75%  

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler