Sekjen PBB Kunjungi Museum Genosida Khmer Merah

Sekjen PBB mengatakan kejadian genosida di Kamboja sangat mengerikan.

Antara/Nyoman Budhiana
Ladang Pembantain Khmer Merah: Sejumlah wisatawan melihat tengkorak korban pembantaian rezim komunis Khmer Merah di Monumen Choeung Ek atau ladang pembantaian, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (26/2/2019).
Rep: Kamran Dikarma Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengunjungi Museum Genosida Tuol Sleng. Situs ini dibangun untuk mengenang para korban kekejaman rezim Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot di Kamboja. Dia menyerukan agar peristiwa kelam semacam itu tidak akan pernah terulang kembali di masa mendatang.

Baca Juga


“Tuol Sleng adalah pengingat penting. Batu bata dan ubinnya yang berlumuran darah merupakan peringatan bagi kita semua: Inilah yang terjadi ketika kebencian merajalela. Inilah yang terjadi ketika manusia dianiaya, dan hak asasi manusia diingkari,” tulis Guterres lewat akun Twitter resminya, Ahad (13/11), dikutip laman UN News.

Diperkirakan hingga 18 ribu orang dari seluruh Kamboja dibawa ke Tuol Sleng saat rezim Pol Pot berkuasa pada 1975-1979. Fasilitas itu dibangun di bekas sekolah menengah di jantung ibu kota Phnom Penh.

Pada era Khmer Merah, orang-orang yang dibawa ke sana akan difoto, sebelum akhirnya disiksa. Banyak dari mereka dipaksa mengaku sebagai agen Amerika Serikat (AS).

Tak hanya interogasi dan penyiksaan, pembunuhan pun berlangsung di Tuol Sleng. Hanya sedikit dari mereka yang pernah dibawa ke fasilitas tersebut berhasil selamat. Sebagian besar kamar di Tuol Sleng dipertahankan dalam kondisi yang sama seperti saat Khmer Merah digulingkan oleh pasukan penyerbu Vietnam.

“Penderitaan yang terjadi di dalam tembok ini sangat mengerikan dan mengejutkan. Kisah bertahan hidup dan ketahanan menggugah serta menginspirasi,” ucap Guterres.

Guterres ingat bahwa Extraordinary Chambers di Pengadilan Kamboja telah meminta pertanggungjawaban para pemimpin rezim Khmer Merah atas kejahatan mereka serta memberikan suara kepada para korban dan penyintas.

“Suara mereka (penyintas) lebih penting dari sebelumnya, pada saat ujaran kebencian, pelecehan, diskriminasi, dan pelecehan sedang meningkat di setiap sudut dunia,” ujarnya.

“Saya berjanji untuk menceritakan kisah yang saya dengar dari salah satu penyintas kepada cucu perempuan saya dan saya akan memberitahu mereka untuk menyampaikan cerita itu kepada cucu mereka. Sangat penting bahwa ingatan tentang apa yang terjadi di sini tidak pernah hilang,” kata Guterres menambahkan.

Guterres berada di Kamboja untuk berpartisipasi dalam KTT ASEAN. Dari sana, dia akan bertolak ke Indonesia untuk menghadiri KTT G20 yang berlangsung di Bali.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler