Dinasti Mamluk Patahkan Dominasi Mongol
IHRAM.CO.ID, Mamluk berasal kata mamalik dalam bahasa Arab yang berarti ‘budak’. Dinasti Mamluk memang didirikan oleh para budak.
Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Salahuddin al-Ayyubi. Para kaum budak ini kemudian dididik dan dijadikan tentara, serta ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat.
Raja Dinasti Ayyubiyah, al-Malik al-Salih, menjadikan kaum Mamluk sebagai pengawal. Istri al-Malik sendiri berasal dari golongan Mamluk, yakni Syajarah al-Durr. Pada masa al-Malik, kaum Mamluk mendapat hak-hak istimewa dalam militer maupun pemerintahan.
Golongan Mamluk umumnya berasal dari etnis Turki dan Sirkasia dari Kaukasus dan Laut Kaspia. Di Mesir, mereka ditempatkan di Pulau Raudhah, Sungai Nil, untuk menjalani latihan militer dan keagamaan. Karena itulah mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri.
Peter M Holt dalam bukunya The Cambridge History of Islam menulis tentara yang berasal dari suku Kurdi, suku asal Salahuddin, merupakan saingan utama Mamluk Bahri.
Ketika al Malik wafat tahun 1249 M, putranya Turansyah naik takhta sebagai sultan. Golongan Mamluk Bahri merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan tentara Kurdi.
Karena itulah, pada tahun 1250 M kaum Mamluk Bahri dipimpin Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Syajarah a-Durr sebagai ibu suri yang berasal dari golongan Mamluk berusaha mengambil kendali pemerintahan dan menikah dengan Aybak.
Dalam buku al-Nujum al-Zahirah fi Muluk Mishr wa al-Qahirah, Jamaluddin Abu al-Mahasin Yusuf ibn Taghribardi menulis bahwa kepemimpinan Syajarah al- Durr hanya bertahan tiga bulan.
Ia dibunuh oleh Aybak yang mengambil alih ke kuasaan dan mengangkat seorang keturunan Dinasti Ayyubiyah, Musa, sebagai sultan meski Aybak tetap bertindak sebagai penguasa tertinggi.
Namun, Musa akhir nya dibunuh pula oleh Aybak, menandakan akhir dari Dinasti Ayyubiyah dan awal Dinasti Mamluk di Mesir. Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal, ia digantikan oleh putranya Ali yang ma sih berusia muda.
Ali kemudian mengundurkan diri pada 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Saat Qutuz naik takhta, Baybars yang mengasingkan diri ke Suriah karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak, kembali ke Mesir.
Nah, pada awal 1260 M itulah Mesir terancam oleh serangan Mongol yang dipimpin Timur Lenk yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam di dari Persia, Irak, sampai Suriah.
Pasukan Dinasti Mamluk dan Mongol bertemu di Ayn Jalut, Palestina, pada 13 September 1260 M. Tentara Mamluk dipimpin Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol yang sedang tak di pimpin langsung oleh Timur Lenk.