Kacau Setelah Dibeli Elon Musk, Banyak Orang tak Bisa Tinggalkan Twitter

Meski banyak yang migrasi dari Twitter, tidak semua bisa meninggalkan Twitter.

REUTERS/Dado Ruvic
Akun Twitter Elon Musk dengan tanda centang biru.
Rep: Meiliza Laveda Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kurang dari sebulan sejak Elon Musk menjadi pemilik baru Twitter. Saat dia mengambilalih, Twitter menjadi kacau. Ini membuat banyak pengguna meninggalkan platform, termasuk tokoh publik, politikus, dan selebriti.

Baca Juga


Selain mereka, para pengiklan juga ikut hengkang yang memengaruhi pendapatan perusahaan. Di saat yang sama, Musk malah memecat para petinggi perusahaan, separuh karyawan, dan ribuan pekerja kontrak.

Dengan yakinnya, Musk meluncurkan Twitter Blue baru senilai 8 dolar AS atau sekitar Rp 125 ribu. Sayangnya, Blue menjadi sebuah bencana. Bahkan, Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) mengatakan keprihatinan yang mendalam nasib Twitter di bawah Musk. Kondisi diperparah dengan pernyataan Musk bahwa kebangkrutan bisa saja terjadi.

Kekacauan era Musk telah membuat banyak pengguna menjelajahi platform alternatif Twitter. Salah satunya adalah platform terdesentralisasi yang didirikan pada tahun 2016, Mastodon.

Mastodon telah muncul sebagai platform alternatif teratas untuk orang yang berhenti menggunakan Twitter. Pada April lalu, terlihat peningkatan pengguna, saat pembelian Musk diumumkan. Banjir pengguna baru semakin terjadi sejak Musk resmi mengambilalih Twitter.

 

 

Twitter masih lebih baik

Namun, tidak semua orang mampu meninggalkan Twitter. Banyak pengguna lain yang tidak melihat Mastodon sebagai alternatif Twitter yang layak.

Bagi Direktur Eksekutif Suaka Hewan SquirrelWood di New York, Beth Hyman, Twitter telah bertahun-tahun menjadi sumber donasi yang penting berkat akun Crouton & Friends. Dia mulai meningkatkan kehadiran Twitter SquirrelWood pada tahun 2018 dengan memposting video Crouton setiap malam, bayi sapi yang tinggal di tempat perlindungan.

Mastodon - (shutterstock)
 

Dengan pengikut yang mencapai lebih dari 65 ribu, Twitter sudah menjadi salah satu sumber donasi terbesar dan paling bisa diandalkan. Dia mampu mengumpulkan 30 ribu dolar AS hanya dalam tiga hari pada tahun 2021. Melihat ketidakstabilan Twitter sekarang, dia khawatir ini dapat memengaruhi donasi yang didapat kedepannya.

Dia mengaku sudah mendaftar akun di Mastodon dan CounterSocial setelah melihat penurunan pengikutnya pada waktu setelah pengambilalihan Musk. Namun, dia ragu bisa menciptakan kembali kesuksesan seperti di akun Twitter-nya.

“Basis rumah utama kami selalu Twitter. Banyak pekerjaan yang dilakukan. Ini tidak seperti Anda hanya menekan tombol dan pergi dan menyalakannya kembali di tempat lain,” kata Hyman.

Dia menemukan tidak mudah untuk berbagi foto dan video hewan di Mastodon karena kendala ukuran file. “Kami merawat 70 hewan, saya membutuhkan sesuatu yang dapat saya lakukan dengan cepat dengan sangat mudah,” ujar dia.

Bagi yang lain, sifat Mastodon yang terdesentralisasi memiliki kelemahan. Eric Feigl-Ding adalah seorang ahli epidemiologi yang mengembangkan pengikut Twitter-nya pada awal pandemi ketika dia termasuk orang pertama yang membuat cuitan viral tentang potensi ancaman yang ditimbulkan oleh novel coronavirus.

Sekarang akun Twitter-nya memiliki lebih dari 700 ribu pengikut untuk berbagi pembaruan tentang pandemi dan mempromosikan kebijakan kesehata masyarakat. Dia sudah mendaftar ke server mastodon.social, tetapi server itu penuh. Dia ragu tidak bisa menjangkau banyak orang di Mastodon.

“Saya ingin menjangkau pembuat kebijakan, anggota Kongres, dan jurnalis. Pada dasarnya, orang-orang yang memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik dan mengubah kebijakan. Twitter adalah platform untuk menyampaikan pesan Anda, bukan Mastodon,” ucap dia.

Dilansir Engadget, Rabu (16/11/2022), sementara yang lain khawatir kehilangan pertemanan dan komunitas yang telah mereka bentuk di Twitter. Steven Aquino, seorang jurnalis teknologi yang meliput aksesibilitas, mengatakan Mastodon bukanlah alternatif yang realistis bagi banyak penyandang disabilitas.

“Inti dari media sosial adalah menjadi sosial. Bagi banyak penyandang disabilitas, media sosial adalah cara mereka berinteraksi dengan manusia lain,” tuturnya. Pada saat yang sama, fakta bahwa Musk memecat tim aksesibilitas Twitter membuatnya khawatir Twitter menjadi kurang bermanfaat.

 

“Fakta bahwa mereka memberhentikan keseluruhan tim aksesibilitas mengungkapkan banyak hal tentang apa yang mereka pikirkan tentang orang-orang seperti saya,” tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler