Trauma Buat Pengungsi Gempa Cianjur Pilih Bertahan di Luar
Warga yang rumahnya tidak rusak pun mengalami trauma akibat gempa Cianjur.
REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Korban gempa Cianjur hingga kini masih bertahan di lokasi pengungsian yang tersebar di sejumlah titik. Mereka rata-rata mengalami trauma akibat gempa, sehingga bertahan di lokasi pengungsian.
Salah satunya di lokasi pengungsian di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Di tempat tersebut banyak lokasi pengungsian yang menampung ribuan korban gempa karena daerah tersebut yang terparah terdampak gempa.
''Sejak gempa saya mengungsi ke sini,'' ujar salah seorang pengungsi Mimin (50 tahun) warga Kampung Banjar Pinang, Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Rabu (23/11/2022). Gempa menyebabkan rumahnya rusak dan tidak bisa ditempati kembali.
Mimin mengaku sangat trauma karena peristiwa gempa. Hal ini karena pada saat kejadian gempa itu ia melihat bangunan rumah maupun rumah tetangganya roboh sehingga menyebabkan suasana menjadi gelap.
Akibatnya, Mimin dan sebagian besar warga lainnya mengalami trauma. ''Kalau ada getaran apapun teringat gempa,'' kata dia. Dampaknya ia belum mau masuk ke dalam rumah.
Mimin kini bersama anak dan cucunya bertahan di lokasi pengungsian dengan pakaian seadanya. ''Kami hanya pasrah dan beruntung bisa selamat,'' kata dia.
Mimin berharap ada bantuan pakaian dan selimut serta pakaian bayi. Sebab bantuan itu sangat dibutuhkan.
Hal senada disampaikan pengungsi lainnya ibu Iyam (67) warga Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang. ''Sangat trauma dan belum mau ke dalam rumah takut gempa,'' tutur dia.
Di lokasi pengungsian lainnya di Kampung Gunung Lanjung RT 04 RW 07 Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang terdapat puluhan warga yang mengungsi. ''Keluarga dan warga lainnya membangun tenda pengungsian seadanya,'' kata Maimunah (72), yang rumahnya hancur akibat gempa.
Menurutnya, warga mengalami trauma dan tidak mau pulang meskipun ada yang rumahnya tidak rusak akibat gempa. Sebab banyak warga khawatir adanya gempa susulan.
Sementara pengungsi lainnya di Desa Cijedil, Dea Indriani (20) mengatakan, pasokan makanan juga belum merata disalurkan pemerintah. ''Kami hanya mendapatkan bantuan dari saudara atau teman dari luar daerah,'' kata dia.
Dea berharap ada pasokan makanan dan minuman kepada para pengungsi. Sebab untuk mencari bahan makanan pada kondisi sekarang dinilai masih kesulitan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Sukabumi Kote Noordhianta yang datang bersama dokter lainnya ke lokasi pengungsian membenarkan kondisi para pengungsi mengalami trauma psikologis. ''Rata-rata pengungsi mengalami trauma psikologis akibat gempa,'' kata dia.
Kote menerangkan, para dokter memeriksa lebih dari 100 orang warga yang mengungsi. Baik warga yang di tenda pengungsian maupun datang langsung ke posko yang ada di Cijedil. Posko itu dibangun bersama antara IDI Kota Sukabumi dan Setukpa Lemdikpol Polri Sukabumi.
Selain itu mereka mengeluhkan sakit kepala, gatal-gatal, nyeri badan, dan darah tinggi. Kote mengatakan, trauma psikis harus diatasi pascabencana gempa dengan melibatkan psikolog dan psikiater.
Anggota IDI Kota Sukabumi Lulis Delawati menambahkan, pengungsi ini membutuhkan perhatian dari semua pihak. IDI memberikan bantuan untuk penanganan medis kepada korban bencana dan obat-obatan kepada korban bencana.
Kepala Setukpa Lemdiklat Polri Brigjen Pol Mardiaz Kusin menerangkan, pihaknya juga menerjukan tim medis dalam membantu korban bencana di Cianjur. ''Kami juga akan melakukan trauma healing dalam pemulihan trauma para korban bencana,'' cetus dia.