Lockdown Covid-19 Semakin Luas di China

Jumlah kasus baru Covid-19 di China naik 31.444.

AP/Andy Wong
Penguncian wilayah di Beijing, menyusul peningkatan kasus Covid-19.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Lockdown atau langkah penguncian wilayah semakin meluas di seluruh China karena jumlah kasus Covid-19 mencapai rekor harian sejak terdeteksi pertama kali di Wuhan pada akhir 2019. Dalam 24 jam sebelumnya, menurut laporan Komisi Kesehatan Nasional pada Kamis (25/11), jumlah kasus baru Covid-19 naik 31.444.

Beban kasus harian terus meningkat. Pihak berwenang melaporkan kematian Covid-19 pertama di China dalam enam bulan pada pekan ini, sehingga totalnya menjadi 5.232.

Sementara jumlah kasus dan kematian relatif rendah dibandingkan dengan negara lain, Partai Komunis Cina yang berkuasa tetap berkomitmen pada strategi "zero-Covid". Padahal sebagian besar pemerintah lain telah mengakhiri pengawasan anti-virus dan sekarang mengandalkan vaksinasi dan kekebalan dari infeksi masa lalu untuk membantu mencegah kematian dan penyakit serius.

Bisnis dan komunitas perumahan dari pusat manufaktur Guangzhou di selatan hingga Beijing di utara berada dalam berbagai bentuk penguncian. Keputusan ini secara khusus memengaruhi pekerja migran kerah biru. Dalam banyak kasus, warga mengatakan, pembatasan itu melampaui yang diizinkan pemerintah nasional.

Guangzhou menangguhkan akses ke distrik Baiyun yang berpenduduk 3,7 juta pada awal pekan. Sementara penduduk di beberapa daerah Shijiazhuang disuruh tinggal di rumah sementara pengujian massal dilakukan.

Beijing membuka rumah sakit di pusat pameran. Pemerintah kota pun menangguhkan akses ke Beijing International Studies University setelah kasus virus ditemukan di sana. Beberapa pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran ditutup dan akses ke beberapa kompleks apartemen diblokir.

Pihak berwenang telah mengumumkan langkah-langkah untuk mencoba mengurangi gangguan dari pengendalian pandemi dengan mempersingkat karantina dan membuat perubahan lainnya. Beberapa orang Cina telah menyatakan frustrasi dan kebingungan tentang kebijakan di media sosial.

"Pemerintah telah mengoptimalkan dan memfasilitasi proses keluar masuknya para eksekutif dan personel khusus perusahaan multinasional dan bisnis asing serta anggota keluarga mereka di China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning pada Kamis.

Mao mengatakan, China akan terus meningkatkan berbagai protokol Covid-19 sesuai dengan prinsip berbasis sains dan bertarget. Tindakan ini dinilai membantu memfasilitasi perjalanan dan kerja sama serta pertukaran dengan negara lain.

Cina memiliki tingkat vaksinasi virus korona secara keseluruhan lebih dari 92 persen, dengan kebanyakan orang telah menerima setidaknya satu dosis. Namun jauh lebih sedikit orang China yang lebih tua, terutama mereka yang berusia di atas 80 tahun, yang mendapatkan vaksin.

Baca Juga


sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler