Tangani Korban Gempa di Daerah Sulit Akses, IDI Kerahkan Mobile Klinik
Layanan mobile klinik untuk menjangkau daerah yang sulit di akses
REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Tim medis dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengerahkan mobile klinik untuk menjangkau daerah yang sulit terjangkau. Langkah tersebut untuk memberikan layanan kesehatan kepada korban gempa Cianjur yang berada di daerah yang sulit diakses.
''Kami mengerahkan mobile klinik yang diturunkan dengan motor trail dilengkapi alat emergency kit,'' ujar Ketua Umum PB IDI Moh Adib Khumaidi, kepada wartawan di Pendopo Kabupaten Cianjur, Jumat (25/11/2022). Tugas tim tersebut bagaimana menilai pasien kalau misalnya dilakukan perawatan dilapangan dan bila dirujuk ke rumah sakit agar bisa dilakukan tindakan operasi dan perawatan.
Meskipun kata Adib, secara psikologi dan dipahami seperti halnya di daerah bencana lain mereka ingin tetap dirawat di daerah dekat rumah. Sehingga IDI mengoptimalkan layanan mobile klinik ke daerah terdampak gempa.
Lebih lanjut Adib menuturkan, SDM kesehatan yakni dokter dan tim sebelumnya diterjunkan ke wilayah terdampak. Di mana ada beberapa wilayah tidak bisa diakses pelayanan kesehatan dan srategi yang dilakukan dengan koordinasi Brimob Polda Metro Jaya.
Data yang diperoleh, jumlah dokter yang diterjunkan ke Cianjur ada 228 orang. Di mana dokter yang diterjunkan adalah dokter umum hingga dokter spesialis.
Rinciannya jumlah dokter umum 167, 21 Dokter Spesialis Bedah, 24 Dokter Spesialis Ortopedi, 7 Dokter Spesialis Anastesi, 7 Dokter Spesialis Anak termasuk 4 dari IDAI Jawa Barat, dan 2 Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari RS Moewardi Solo.
Di sisi lain, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Sukabumi membuka posko kesehatan di lokasi pengungsian korban gempa di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur. Selain membuka posko, tim medis IDI Kota Sukabumi juga mendatangi tenda pemgungsian untuk memeriksa kondisi kesehatan warga korban gempa.
Ketua IDI Kota Sukabumi Kote Noordhianta yang datang bersama dokter lainnya ke lokasi pengungsian mengatakan, kondisi para pengungsi mengalami trauma psikologis. ''Rata-rata pengungsi mengalami trauma psikologis akibat gempa,'' kata dia.
Kote menerangkan, para dokter memeriksa lebih dari 100 orang warga yang mengungsi. Baik warga yang di tenda pengungsian maupun datang langsung ke posko yang ada di Cijedil. Posko itu dibangun bersama antara IDI Kota Sukabumi dan Setukpa Lemdikpol Polri Sukabumi.
Anggota IDI Kota Sukabumi Lulis Delawati menambahkan, pengungsi ini membutuhkan perhatian dari semua pohak. Di mana IDI memberikan bantuan untuk penanganan medis kepada korban bencana dan obat-obatan kepada korban bencana.