Startup Atur Siasat Hadapi Badai PHK
Startup berbasis teknologi masih tergolong baru di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan rintisan atau startup mengatur siasat menghadapi badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sudah sampai ke Indonesia. "Tantangan yang kami hadapi tidak hanya internal, tapi, juga secara eksternal," kata Ketua Umum asosiasi e-commerce iDEa Bima Laga di Jakarta, Jumat (25/11/2022).
Startup berbasis teknologi masih tergolong baru di Indonesia, para pelakunya harus memiliki strategi untuk memperkenalkan bisnis mereka kepada lingkungan yang terbiasa dengan pola bisnis konvensional.
Tantangan itu sedikit teratasi ketika pandemi melanda, orang-orang mulai akrab dengan dunia digital. Meski pun begitu, startup kini dihadapkan pada tantangan baru yaitu bayangan resesi .
Pada saat yang sama, pendanaan dari berbagai investor memasuki masa jatuh tempo dan sudah waktunya bagi laba. Secara internal, startup menghadapi tantangan mengembalikan investasi kepada para investor.
Bima melihat efisiensi yang paling terasa efeknya setidaknya untuk jangka pendek adalah PHK. "Dengan melakukan PHK, bukan berarti perusahaan tidak sehat. Itu adalah salah satu cara mereka mempertahankan kesehatan," kata Bima.
Startup perlu jeli beradaptasi dengan kondisi perekonomian saat ini sehingga mereka harus merancang ulang strategi perusahaan. Dia mencontohkan perusahaan e-commerce umumnya memiliki lebih dari satu unit bisnis seperti bisnis jual-beli ritel di e-commerce dan pembayaran.
Pada kondisi saat ini, perusahaan harus memutuskan bisnis mana yang perlu dipertahankan dengan konsekuensi mengurangi jumlah karyawan jika ada unit bisnis yang harus ditutup. "Sumber daya manusia mau tidak mau harus dikurangi untuk mengurangi biaya operasional," kata Bima.
Mengurangi jumlah karyawan bukan satu-satunya jalan supaya perusahaan bisa bertahan di tengah badai PHK startup, beberapa perusahaan masih merekrut karyawan dengan pilihan satu orang melakukan beberapa tugas sekaligus.
Pilihan lain bagi startup adalah dengan mengurangi promosi, yang sering disebut sebagai strategi "bakar uang". Menurut Bima, strategi bakar uang sudah cukup lama mulai ditinggalkan.
Sambil mengurangi promosi, startup harus gencar memberikan edukasi kepada konsumen mengenai belanja p1 supaya konsumen mendapatkan kenyamanan dan manfaat yang maksimal.
Pemerintah menurut Bima, selama ini sudah memberikan insentif kepada e-commerce untuk menghadapi situasi terkini. Insentif yang diberikan, menurut dia, tidak harus selalu berbentuk uang, namun, bisa berupa kemudahan berusaha dan komunikasi.